Makassar, Aktual.com – Menyusul insiden pembakaran pos Polisi Lalu Lintas (polantas) Selasa, 8 September kemarin di Desa Rea Timur, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polman, Sulawesi Barat ditengarai akan menimbulkan asumsi publik terkait teror pasca penembakan yang menewaskan prajurit TNI, Prada Juliadi di Polman beberapa waktu yang lalu.
Pengamat kepolisian dari Universitas Bosowa 45 Makassar, Professor Marwan Mas mengatakan, insiden yang kembali terjadi menjadi preseden buruk bagi TNI dan Polri. Menurutnya, insiden ini menimbulkan asumsi publik jika persoalan antara TNI dan Polri belum benar-benar tuntas.
“Rentetan teror pasca kejadian tersebut mengindikasikan jika persoalan sebelumnya masih belum tuntas,” ucap Marwan, Rabu (9/9).
Marwan mengatakan, meski pelaku pembakaran tersebut merupakan orang tidak dikenal, tetapi publik tetap akan berasumsi jika itu berhubungan dengan kejadian sebelumnya. Olehnya itu, lanjut Marwan, TNI dan Polri harus lebih intens meningkatkan komunikasi dan koordinasi.
“TNI-Polri harus tingkatkan silaturrahmi, khususnya dikalangan prajurit yang bersentuhan langsung di lapangan,” katanya.
Sebelumnya, kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan dan Barat membenarkan kejadian adanya pembakaran pos polisi lalu lintas (Polantas) di Kabupaten Polman, Sulawesi Barat pada Selasa dini hari.
Kepala Bidang Humas Polda Sulsel Kombespol Frans Barung Mangera mengatakan, Satu unit pos Polantas yang terbakar tersebut tepatnya berada di desa Rea Timur, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polman, Sulawesi Barat.
“Iya memang benar ada satu unit pos polisi yang terbakar di Polman,” ujarnya.
Namun menurut Frans, kebakaran pos polisi tersebut sampai saat ini pihaknya belum berhasil mengidentifikasi dan mengetahui motif pelaku melakukan pembakaran.
“Kita belum tahu apa motifnya,” bebernya.
Artikel ini ditulis oleh: