Jakarta, Aktual.com — Direktur International National Trusts Organisation (INTO), Oliver Maurice menyatakan, bahwa pemerintah nasional Inggris memberikan sumbangan kepada pemilik bangunan yang kuno dan bersejarah di negara itu supaya senantiasa terjaga dan terpelihara.
“Melalui lembaga ‘Heritage England’ maka pemerintah memberikan sumbangan, misalnya ada rumah bersejarah yang tentu membutuhkan biaya restorasi agar tetap lestari,” kata Oliver, kepada wartawan, di Amlapura, Karangasem, Selasa (12/1).
Sumbangan itu ditanggung pemerintah dan lebih ditujukan untuk perlindungan cagar budaya baik di wilayah pribadi maupun berada pada kepemilikan suatu lembaga.
Dia mencontohkan, lembaga pemerintah Inggris akan memberikan sumbangan pelestarian pusaka sarjana yang berwujud alam lanskap yang menawan. Pemerintah selanjutnya memberikan bantuan melalui dinas kehutanan agar ada upaya pemeliharaan wilayah hutan.
“Pemerintah pun menyediakan anggaran untuk membantu seniman supaya eksis menggeluti kesenian sesuai bidang masing-masing,” katanya.
Namun, kata dia, ada persyaratan yang diajukan pemerintah sebelum memberikan anggaran tersebut. Persyaratan itu adalah pemilik bangunan bersejarah harus memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berkunjung atau mempelajari objek budaya . Minimal selama 28 hari dalam setahun.
Apabila pemilik bangunan mendapatkan donasi dari masyarakat dan ditujukan untuk pemulihan dan pemeliharaan objek bersejarah itu, tidak ada pelarangan untuk menerimanya.
Dikatakan dia, nyaris tidak ada kendala dalam upaya pemeliharaan bangunan atau situs bersejarah. Masyarakat telah memiliki kesadaran tinggi untuk turut menjaga, dan dikarenakan pihak terkait selalu memberikan papan catatan pada setiap situs wisata pusaka mengenai nama dan latar belakangnya.
Disinggung mengenai maskot wisata pusaka di Inggris, Oliver menyebutkan jika ‘Stonehenge’ merupakan objek yang banyak mendapat perhatian meski hingga kini perjalanan sejarahnya belum tergali secara mendalam.
“Kalau di Indonesia ada wujud ‘cultural heritage’ menhir, di Inggris pun memilikinya. Tentu saja menhir ini masing-masing ada kekhasannya, baik di Inggris maupun Indonesia,” katanya.
Dia melanjutkan, sementara mengenai INTO, adalah lembaga nonpemerintah yang sudah berdiri sejak tahun 1895. INTO merupakan lembaga pelestarian pusaka paling besar di Eropa.
Donatur INTO berasal dari 4,2 juta sahabat yang tinggal di wilayah Inggris dan Irlandia Utara. Mereka memiliki 350 bangunan kuno dan lebih dari 275 ribu hektare lahan pertanahan. Sebanyak 350 bangunan itu tersebar di Wales dan Irlandia.
“Semaksimal mungkin lembaga atau yayasan ini bisa terus untuk mandiri dari pemerintah,” ujarnya, di sela-sela acara International Symposium for the Asia Heritage Network 2016.
Acara simposium ini digelar Pemerintah Kabupaten Karangasem bekerja sama dengan Balai Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) serta didukung Machizukuri Centre dan Asia Centre (Japan Fondation).
Acara simposium diikuti peserta dari 13 negara antara lain Australia, Inggris, India, Malaysia, Amerika Serikat, Myanmar, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Hongkong, Singapura, Indonesia, serta kalangan akademisi dari berbagai perguruan tinggi.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara