Jakarta, Aktual.com — Pengembang beragam produk apartemen maupun hunian asal Surabaya, Pakuwon Grup optimistis properti merupakan solusi tepat bagi masyarakat untuk menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
“Apalagi kemarin saat terjadi reshuffle kabinet, posisi rupiah semakin terpuruk dengan Rp13.800 per dolar AS. Bahkan, instrumen investasi lain juga perkembangannya makin merosot,” kata Direktur Pemasaran Pakuwon Grup, Sutandi Purnomosidi, di Grand Opening Lobby Tower and Princeton, di Surabaya, Kamis (13/8).
Pada masa mendatang, khawatir dia, jika kondisi rupiah semakin memburuk maka nilainya hampir tidak akan ada. Oleh sebab itu, saat ini momentum yang baik untuk segera memanfaatkan sektor properti sebagai alat investasi.
“Sekarang dengan pelemahan rupiah, perlambatan ekonomi instrumen investasi seperti saham, emas, jual beli dolar AS, atau mobil, tidak ada untungnya. Saat ini, harga emas duniapun turun dari 1.800 per ‘troy ounce’ menjadi 1.080 per troy ounce,” ujarnya.
Namun, jelas dia, jikalau membeli properti maka tiap tahun bisa dipastikan harganya selalu naik. Selain itu, risikonya terdampak kondisi makro ekonomi justru minim.
“Di sisi lain, dengan kondisi dolar AS yang kini menguat di posisi Rp13.800 per dolar AS maka ada beberapa orang yang lebih memilih wait and see. Khususnya kalangan pengusaha yang bisnisnya terkena pengaruh perlambatan ekonomi,” tuturnya.
Akan tetapi, tambah dia, hal berbeda tampak pada mereka yang memiliki “fix income”. Dengan penghasilan tetap, mereka justru tak terpengaruh dengan perlambatan ekonomi.
“Kalangan tersebut juga memiliki akses yang luas untuk menyalurkan dananya,” ucapnya.
Situasi tersebut, kata dia, pada umumya dialami oleh buyers market. Apalagi, mereka mendapat dukungan dengan segala kemudahan. Misalnya di sektor properti di mana konsumen bisa memperoleh berbagai fasilitas yang diberikan pengembang.
“Sebagai contoh di Apartemen Educity di proyek kami,” katanya.
Ia meyakini, dengan kondisi hunian yang sudah jadi maka konsumen bisa memperoleh apartemen seharga Rp400 juta per unit. Bahkan, dengan ketersediaan barang yang dijual tersebut pihaknya juga didukung oleh banyak pelaku perbankan.
“Melalui cara ini, konsumen bisa memperoleh hunian dan fasilitas memadai. Jikalau dolar AS tembus di posisi Rp16.000 per dolar AS maka orang beli aparemen tidak boleh Rp400 juta melainkan minim Rp600 juta per unit,” tambahnya.
Oleh sebab itu, imbau dia, saat ini konsumen berpenghasilan tetap ada baiknya mempunyai keberanian untuk membeli properti. Hal itu juga didukung fasilitas kemudahan kredit kepemilikan rumah (KPR) yang tersedia contohnya dengan uang muka 10 persen dan angsuran KPR Rp4,5 juta per bulan.
“Mengenai proyek Apartemen Educity di Surabaya Timur yang dicanangkan PT Pakuwon Jati, kini dalam proses serah terima unit dua tower yakni Yale dan Princeton. Kami harap serah terima seluruh unit ke pembeli selesai pada September 2015,” imbuhnya.
Artikel ini ditulis oleh: