Washington DC, Aktual.com – Pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengklaim akan segera digelar perundingan nuklir antara AS dan Iran langsung direspon Iran yang mengkonfirmasi pernyataan Trump itu.
Dilansir dari Al Jazeera, Iran mengatakan akan mengadakan pembicaraan dengan AS mengenai program nuklirnya. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi yang menulis di media sosial pada Senin malam (7/4) waktu setempat, bahwa pembicaraan ”tidak langsung” akan berlangsung pada Sabtu (5/4). Media pemerintah Iran kemudian melaporkan bahwa Araghchi akan bertemu dengan utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dengan Oman bertindak sebagai mediator.
Media Iran melaporkan pada hari Selasa (8/4), Menteri Luar Negeri Oman Badr Albusaidi akan bertindak sebagai mediator dalam perundingan tersebut. Oman telah lama bertindak sebagai saluran komunikasi antara AS dan Iran.
Negara ini juga memainkan peran penting dalam penandatanganan perjanjian nuklir 2015 antara Iran dan negara-negara besar dunia yang memberlakukan pembatasan ketat terhadap aktivitas nuklir Teheran dengan imbalan keringanan sanksi.
Sebelumnya, Trump telah mengumumkan dimulainya perundingan ”langsung”, sambil mempertahankan retorika mengancam yang mengisyaratkan AS dapat menyerang Iran. Teheran sebelumnya telah menolak seruan Washington untuk perundingan tersebut.
”Kami tengah melakukan pembicaraan langsung dengan Iran, dan mereka sudah memulainya. Pembicaraan akan berlangsung pada hari Sabtu (5/4). Kami akan mengadakan pertemuan yang sangat penting, dan kita lihat apa yang akan terjadi,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada hari Senin (7/4), bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
”Dan saya rasa semua orang setuju bahwa melakukan kesepakatan akan lebih baik,” kata Trump lagi, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Trump juga memperingatkan bahwa Iran akan berada dalam ”bahaya besar” jika upaya diplomatik untuk mengekang ambisi nuklirnya gagal, dan menambahkan bahwa Teheran ”tidak dapat memiliki senjata nuklir”.
Sebelumnya, pada awal bulan ini, Trump mengatakan kepada NBC News: ”Jika mereka [Iran] tidak membuat kesepakatan, akan ada pemboman.” Ia menambahkan bahwa pengeboman itu akan menjadi ”sesuatu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya”.
Pengumuman Trump mengenai perundingan langsung dengan Teheran tidak akan sesuai dengan ”keinginan” Netanyahu, karena pemimpin Israel tersebut telah lama ingin membom Iran, kata Marwan Bishara, analis politik senior Al Jazeera.
”Trump sudah lama menginginkan kesepakatan,” kata Bishara. Namun, ”Netanyahu tentu saja berpikir pertahanan Iran telah melemah akibat serangan udara Israel tahun lalu terhadap Iran. Dan ia melihat ini sebagai peluang besar, dengan dukungan AS, bagi Israel untuk menghabisi Iran.”
”Namun pada kenyataannya, Trump tidak ingin memasuki perang dengan Iran saat ia sedang terlibat dalam perang dagang dengan negara-negara lain di dunia,” ujar Bishara lagi.
Nournews, yang berafiliasi dengan badan keamanan tertinggi Iran, menguraikan klaim Trump bahwa pembicaraan langsung direncanakan sebagai bagian dari ”operasi psikologis yang bertujuan untuk mempengaruhi opini publik domestik dan internasional”.
Untuk diketahui, pada 7 Maret lalu, dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei bahwa ia berharap akan ada negosiasi antara kedua negara terkait senjata nuklir. Iran sendiri menyatakan bahwa kegiatan nuklirnya semata-mata untuk tujuan sipil. Sedangkan Israel, sekutu utama AS di kawasan tersebut, secara luas diyakini memiliki persenjataan nuklir yang tidak dideklarasikan.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain