Jakarta, Aktual.com — Otoritas-otoritas Iran menolak para pemegang tiket berjenis kelamin perempuan yang ingin menyaksikan pertandingan bola voli antara tim Iran melawan AS meski mereka memiliki izin yang diperlukan.
Federasi bola voli Iran menyediakan akreditasi khusus kepada 200 perempuan untuk menghadiri pertandingan Liga Dunia Bola Voli di Teheran.
Tiket-tiket itu dipesan untuk “anggota keluarga para pemain, pendukung tim tamu, dan ofisial-ofisial eksekutif,” kata Reza Hassanikhou, kepala keamanan di kementerian olahraga ditulis Sabtu (20/6).
Namun seorang ofisial federasi berkata kepada AFP bahwa akreditasi-akreditasi itu tidak disahkan oleh petugas keamanan di arena, sehingga para perempuan tidak dapat masuk.
Peraturan-peraturan yang melarang akses perempuan ke stadion-stadion telah diterapkan sejak revolusi Iran 1979, yang secara resmi ditujukan untuk mencegah mereka mendapat tingkah laku buruk dari para penonton laki-laki.
Pemerintah Presiden Hassan Rouhani, meski mendapat tentangan dari kubu konservatif relijius, telah berusaha melonggarkan pelarangan-pelarangan tersebut. Belakangan, beberapa perempuan dapat menyaksikan pertandingan bola basket putra dari tribun khusus di arena pertandingan di Teheran.
Mohammad Reza Davarzani, presiden federasi bola voli Iran, mengatakan para pemegang tiket pada Jumat tidak mendapat penghormatan itu “karena adanya protes-protes,” namun ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
“Kami berharap hal ini akan dipecahkan di masa yang akan datang,” ucapnya kepada AFP.
Pada April 2014, Rouhani mengakui terdapat “defisiensi-defisiensi pada hak-hak perempuan dan kesetaraan gender,” menghimbau diakuinya “bahwa perempuan berdiri bersama laki-laki dan keduanya sejajar.” Namun tindakan pemerintah itu menemui hadangan-hadangan, menyoroti adanya jurang antara kubu konservatif yang ingin melestarikan tradisi-tradisi Islam dan pihak lain di Iran yang menginginkan keterbukaan yang lebih besar.
Pada November, federasi bola voli internasional (FIVB) mengatakan pihaknya tidak akan mengizinkan Iran untuk menjadi tuan rumah ajang-ajang internasional sepanjang perempuan dilarang menyaksikan pertandingan.
Pengumuman itu menyusul dipenjaranya sosok perempuan Iran-Britania Raya Goncheh Ghavami, yang ditahan setelah berusaha menghadiri pertandingan bola voli pada tahun lalu.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka