Dubai, Aktual.com – Pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 telah mendekati kesepakatan, tetapi masalah-masalah penting tetap harus dinegosiasikan, kata perunding utama Iran pada Kamis (17/6).
Iran dan enam negara besar dunia telah berunding di Wina sejak April untuk mencari langkah-langkah yang harus diambil kedua belah pihak. Amerika Serikat menarik diri pada 2018 dari pakta tersebut, di mana Iran menerima pembatasan pada program nuklirnya dengan imbalan pencabutan banyak sanksi asing terhadapnya.
“Kami mencapai kemajuan yang baik dan nyata dalam berbagai masalah …. kami lebih dekat dari sebelumnya untuk mencapai kesepakatan tetapi masih ada masalah penting dalam negosiasi,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi seperti dikutip televisi Al Jazeera.
Araqchi mengatakan pemilihan presiden Iran pada Jumat tidak akan berpengaruh pada negosiasi dan tim perunding Iran akan melanjutkan pembicaraan terlepas dari kebijakan domestik.
Pembicaraan putaran keenam dilanjutkan pada Sabtu dengan pihak-pihak yang tersisa dalam kesepakatan – Iran, Rusia, China, Prancis, Inggris, Jerman dan Uni Eropa – bertemu di ruang bawah tanah sebuah hotel mewah.
Delegasi AS untuk pembicaraan tersebut berbasis di sebuah hotel di seberang jalan karena Iran menolak pertemuan tatap muka.
Sejak mantan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran, Teheran telah memulai tindakan balasan, termasuk membangun kembali persediaan uranium yang diperkaya, jalur potensial menuju bom nuklir.
“Kami ingin memastikan bahwa apa yang terjadi ketika Trump menarik diri dari kesepakatan tidak akan terulang oleh presiden Amerika lainnya di masa depan,” kata Araqchi kepada jaringan TV satelit pan-Arab.
Utusan Rusia untuk pembicaraan tersebut, Mikhail Ulyanov, menambahkan catatan peringatan, seraya mengatakan kemajuan telah dibuat dalam beberapa hari terakhir tetapi pembicaraan itu sulit.
“Beberapa topik yang sulit dan memakan waktu masih belum terselesaikan,” katanya.
Kementerian luar negeri Prancis mengatakan pada Rabu bahwa masih ada perbedaan pendapat yang signifikan.
Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengulangi pandangan AS bahwa pembicaraan Wina telah membuat kemajuan sejak dimulai pada April tetapi tantangan itu tetap ada, dengan mengatakan dia tidak dapat menetapkan “kerangka waktu” kapan putaran saat ini mungkin berakhir.
Dia menolak mengatakan apakah penilaian Araqchi atau Ulyanov lebih akurat. “Kami telah membuat kemajuan antara putaran satu dan enam tapi … saya tidak ingin menjadi definitif dalam merangkul satu penilaian di atas yang lain,” katanya.
Presiden baru Iran diperkirakan akan mengumumkan kabinetnya pada pertengahan Agustus. Masa jabatan Presiden Hassan Rouhani saat ini berakhir pada 3 Agustus. (Reuters)
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin