Ribuan pelajar se Jabodetabek dan Banten mengikuti Halaqoh Kubro Tahfidzul Quran ke 3 yang diselenggaran oleh Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Jakarta Islamic Center, Koja, Jakarta Utara, Minggu (7/8). LDII fokus mendorong terciptanya Tri Sukses generasi penerus dengan bertujuan memiliki generus yang handal dalam konteks keagamaan dan keduniaan merupakan impian semua orang. Kedua hal ini memang harus jalan berdampingan, akhirot dengan dunia, dunia dengan akhirot. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Rasa iri atas nikmat yang diberikan Allah SWT kepada hambanya adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Karena rasa iri tersebut membuat diri kita tidak ridho atas nikmat-nikmat Allah yang diberikan pada hamba-hambaNya. Dan hal itu bisa membuat kita mengkufuri atas nikmat- nikmat Allah pada dirikita sendiri.

Bahkan kita sebagai mahluk sering merasa gundah gulana seolah Allah tidak memberikat nikmat apapun dan risau atas kehidupan duniawi kita. Karena kita sering melihat keatas pada orang lain dalam hal duniawiyah baik harta, kedudukan, dan lain sebagainya.

Sifat iri memang tidak bisa hilang dengan sendirinya, karena termasuk karakter dasar manusia. Akan tetapi jika kita memilliki rasa iri yang tak terkendali maka akan berakibat kehancuran pada diri kita.

Sejarah mencatat bahwa pembunuhan pertama yang dilakukan oleh manusia dalam serjarah Qobil dan Habil adalah sebuah bukti dari akibat rasa iri yang tak terkendali. Apalagi di zaman sekarang dimana kesenjangan sosial dan ekonomi sangat nyata, serta dinamika kehidupan yang begitu cepatnya, merupakan tekanan hebat yang sangat memberatkan jiwa-jiwa yang tidak berpegang teguh pada keimanan.

Akibat dari rasa iri dan nafsu berkuasa juga dapat mengakibatkan peperangan yang menelan banyak korban jiwa maupun harta. Juga banyak pihak-pihak yang tidak bersalah terseret dalam permasalahan dan akhirnya menjadi korban.

Akan tetapi tidak semua rasa iri tersebut dilarang oleh agama, Seperti yang tertera dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Sahabat Ibnu Umar RA :

لاحسد الا فى اثنتين رجل اتاه الله القران فهويقوم به اناء اليل واناء النهار ورجل اتاه الله مالا فهو ينفقه اناء اليل واناء النهار

Artinya: “Tidak diperbolehkan iri kecuali pada dua perkara, yaitu pada seseorang yang di anugerahi alquran oleh Allah dan dia membacanya siang dan malam, dan seseorang yang dianugerahi harta oleh Allah, dan dia menginfaqkannya siang dan malam” (HR. Bukhori Muslim )

Melihat hadits diatas kita seharusnya dapat iri hati pada dua hal tersebut. Karena dengan melihat hal tersebut itu sangat berdampak positif bagi diri kita dan orang lain.

Hal positif untuk diri kita adalah kita menjadi orang yang bercita cita untuk menguasai ilmu alquran dan selalu membacanya, menjadikan bacaan alquran sebagai rutinitas sehingga menjadi orang yang senantiasa istiqomah.

Sehingga istiqomah akan mengahasilkan kemuliaan-kemuliaan dunia akhirat. Sedangkan seseorang hartawan yang selalu menginfaqkan hartanya dapat memberikan manfaat yang besar kepada ummat.

Semoga Allah SWT menjadikan kita dan keluarga kita termasuk orang –orang yang diberikan anugerah iri pada kedua hal tersebut. Amiin

Laporan: Syafiq El Jontrowi

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid