Denpasar, Aktual.com – Jika Anda pernah melihat Iron Man di televisi, Anda tak perlu terkejut jika ternyata sang manusia besi hadir di dunia nyata. Ya, di Kabupaten Karangasem, Bali, sang manusia besi itu benar-benar nyata. Dialah I Wayan Sumardana, pekerja bengkel las di Jalan Gusti Ngurah Tenganan, Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.

Sumardana membuat tangan robot dari bahan rongsokan untuk membantu tangan kirinya yang mengalami kelumpuhan akibat stroke. Bermodal alat sensor di kepala dan komponen komputer, Sumardana kini bisa bekerja secara normal.

Kondisi ekonomi yang terdesak membuat Sumardana berfikir kreatif membuat alat yang mampu kembali menggerakkan tangannya. Tujuannya hanya satu, agar roda ekonomi bapak tiga anak ini kembali berputar.

sumardana mengaku apa yang dilakukannya bekal dari ilmu yang didapatnya di SMK di Denpasar. Ia memodifikasi tubuhnya yang mengalami kelumpuhan menjadia manusia biotik.

“Ini yang terbaru adalah alat sensor di kepala. Saya beli seharga Rp4,7 juta dari Amerika,” kata Sumardana saat ditemui di bengkel tempatnya bekerja, Selasa (19/1).

Menurutnya, alat sensor fikiran yang dipasang di kepala akan mengalirkan arah gerak ke tangan kirinya melalui alat yang dipasang di punggung dan tangan kirinya. Semua alat yang digunakannya adalah barang rongsokan semasa ia menjadi pemulung. Hanya alat di kepala yang dibelinya dalam kondisi baru. Tak hanya itu, satu unit CPU komputer pun dipasang di bagian belakang tubuhnya sebagai penggerak dari sensor di kepala.

“Saya buat alat ini selama dua bulan. Saya buat sejak dua minggu begitu saya dinyatakan lumpuh,” jelasnya. Sumardana mengaku telah mengidap kelumpuhan sejak enam bulan lalu. Namun, ia tak putus asa dengan penyakit yang diidapnya. Ia tetap ingin melanjutkan bekerja sebagai tukang las, bekal hidup baginya menyekolahkan tiga anak laki-lakinya.

Kendati telah memiliki alat yang kini dapat kembali menggerakkan tangan kirinya, namun Sumardana mengaku alat tersebut cukup menguras energi dan fikirannya. Pasalnya, ia harus berkonsentrasi dan fokus terhadap benda yang ingin diangkat atau diambilnya menggunakan tangan kiri. Meski sudah mampu membantunya bekerja, namun alat tersebut dianggap belum sepenuhnya sempurna.

Sementara itu, pantauan di lokasi bekerja, Sumardana selalu ditemani istri dan ketiga anaknya kala bekerja. Tiap hari ia menerima order las cukup banyak. Poster Iron Man terpajang di tempat ia untuk beristirahat di tempat kerjanya.

Sebelum membuat alat bantu tangan kirinya, Sumardana merancangnya dengan baik melalui skema yang dipelajarinya di internet. “Skemanya sederhana, di kepala itu ada power suply. Dia sebagai penangkap dan pembagi. Lalu ada dron, elektroda dan lainnya. Posisinya ditempel di kepala sebagai penangkap sinyal, alpa, delta, nata dan eta,” papar dia.

Selanjutnya ada pula tuning potensio, sensor ultrasonik, sensor infra merah, sensor jumlah putaran dinamo. Tuning potensio merupakan rangkaian pengolah input dan output mikro kontroler.

Sensor ultrasonik, infra merah dan sensor jumlah putaran dinamo merupakan rangkaian penguat hasil (power). Lalu ada pula batre litium. Ada pula Electro Encephalo Graphi (EEG).

Kesemuanya tersambung kepada dinamo. “Kalau dayanya lemah, maka harus di-carger. Biasanya malam, pukul 00.00 WITA hingga 07.00 WITA. Ketahanannya tergantung beban pekerjaan,” ungkapnya.

Artikel ini ditulis oleh: