Jakarta, Aktual.com — Raden Jainudin bin Bujang Linyang, pasien di Puskesmas Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, meninggal dunia pada Selasa sekitar pukul 04.00 WIB, saat dalam proses rujukan ke RSUD Ketapang namun batal karena ambulans yang hendak membawanya kehabisan bahan bakar minyak (BBM).
Kepala Bidang Pelayanan dan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kayong Utara, Lukman Harahap saat dihubungi menjelaskan dirinya mendapat informasi dari puskesmas terkait adanya kasus pasien tak terujuk karena BBM.
Ia dan dirinya mewakili Dinas Kesehatan menyampaikan bela sungkawa. “Seharusnya ada stok BBM di puskesmas dalam jumlah kecil, namun kami tidak tahu bakal sepanjang ini kelangkaan BBM yang membuat stok habis sebelum BBM baru datang,” kata Lukman Hakim.
Dirinya tak mau kecolongan dan kedepan akan melakukan pembenahan terkait pengamanan stok BBM di masing-masing puskesmas. “Kita akan coba koordinasi dengan Setda, ESDM dan pihak terkait untuk menjaga stok siaga khusus ambulans yang selalu siap untuk kondisi-kondisi demikian atau darurat,” kata Lukman.
Jarak antara Sukadana dan Ketapang sekitar dua hingga tiga jam perjalanan darat. RSUD Ketapang menjadi rujukan dari Kabupaten Kayong Utara karena fasilitasnya lebih lengkap.
Dikatakan Dasmiati, 28, anak ke-6 almarhum dari 7 bersaudara menceritakan, almarhum semula didiagnosa gangguan pernafasan dan perlu dibantu dengan oksigen.
Dasmiati menambahkan dirinya sejak membawa dan mendampingi almarhum di Puskesmas Sukadana mendapat pelayanan yang dibutuhkan termasuk infus, oksigen dan obat.
Namun akibat penyakit yang diderita semakin parah, maka Dasmiati meminta untuk segera dibuatkan rujukan agar sang ayah dibawa ke RSUD Ketapang.
“Saya minta dirujuk, katanya semua sudah siap termasuk surat menyurat dan ambulans, tapi ternyata sampai jam 12 malam tidak ada bensin di ambulans,” kata Dasmiati.
Dirinya dan keluarga sontak terkejut, karena ambulans hingga kehabisan bensin untuk kebutuhan darurat seperti almarhum. “Keluarga sampai ikut keliling, tapi tidak dapat bensin, jadi disarankan untuk menunggu pagi sambil mencari bensin,” imbuhnya.
Dasmiati menyayangkan, kenapa hingga tidak ada stok untuk BBM apalagi puskesmas di KKU selalu merujuk pasien gawat ke Ketapang. “Saya sampai marah dengan para perawat, akhirnya jam 4 pagi bapak saya meninggal karena tidak ada bensin,” keluhnya.
Dasmiati menceritakan kekecewaan tinggal kekecewaan karena ketiadaan bensin membuat orang tuanya tidak tertolong.
“Moga ini jadi pengalaman, jangan sampai ada kasus yang sama pada kemudian hari,” sarannya.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby