Jakarta, Aktual.com — Analis Geopolitik Hendrajit menungkapkan dalam skema perang persepsi, Amerika Serikat (AS) dan dunia barat sengaja membentuk sebuah skenario untuk memojokkan Islam. Ada beberapa indikasi yang menunjukkan bahwa gejala kemunculan ISIS dan organ-organ sejenisnya, secara skematik memang dirancang oleh para penyusun kebijakan strategis keamanan nasional di Washington.
“Sebagai landasan pihak AS dan sekutu-sekutu baratnya untuk membangun citra radikalisme Islam, maka rujukan yang paling pas adalah buku karya pakar politik AS Dr Samuel Huntington, “The Clash of Civilization and The Remaking of World Order.” Inti dari pikiran Huntington dalam bukunya ini: “Bahwa konflik antara Islam dan Barat merupakan konflik sebenarnya!” Sedangkan konflik antara kapitalis dan marxis sifatnya cuma sesaat dan dangkal. Dari 32-an konflik-konflik di dunia pada tahun 2000-an, dua pertiganya ialah antara Islam dengan Non-Islam. Sayangnya, Huntington gagal membuktikan secara detail dan rinci sebab akibat dan kenapa konflik tersebut bisa sampai terjadi,” ujar Hendrajit ditulis Aktual, Rabu (18/11).
Menurutnya, konflik antara Islam dan Non-Islam tidak mengherankan. Karena memang itulah tujuan Huntington menerbitkan buku tersebut, yaitu membentuk Opini dan tebar isu bahwa skenario “Barat verus Islam” itu merupakan sebuah kebenaran.
Dalam bukunya yang lain, “Who Are We? The Challenges to America’s National Identity” (2004), Huntington malah semakin tegas lagi. bahwa musuh Barat pasca perang dingin adalah Islam. Meskipun ada embel-embel ‘militan’ sebagai tambahan, namun di berbagai penjelasan, definisi Islam Militan melebar kemana-mana mengaburkan makna sesungguhnya. Akhirnya, dengan berakhirnya Perang Dingin, Islam (militan) benar-benar menggantikan posisi Soviet (komunis) sebagai musuh utama AS dan sekutu.
“Dari kedua karya Huntington, yang mana dirinya sejak awal merupakan corong dan pembentuk opini publik yang membawa pesan sponsor dari Pentagon dan think-thank-nya yang bernama Rand Corporation, maka kita sudah bisa menerka kemana arah tujuan dengan dimunculkannya mencuatnya isu ISIS di Indonesia, dan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim pada umumnya,” jelasnya.
Mencuatnya isu ISIS, lanjut Hendrajit, selain untuk menstigma kebangkitan radikalisme Islam di Indonesia dan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, pada saat yang sama akan memicu konflik internal antar berbagai mahzab di kalangan kelompok-kelompok Islam, yang selama ini hidup berdampingan secara damai dan harmonis.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka