Jakarta, Aktual.com — Kendati gerakan Nusantara Mengaji telah ditutup belum lama ini, namun spirit gerakan yang diinisiasi Abdul Muhaimin Iskandar ini masih tetap tinggi, terbukti dengan keinginan masyarakat membaca kitab suci Alquran yang terus tumbuh.
Seperti yang terjadi dalam acara ‘Khaflah Akhirrussanah’ atau khataman Alquran menjelang Ramadhan yang digelar di Pondok Pesanteren (Ponpes) Al Fadlu Walfadhilah, Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, Kamis (19/5) malam.
Acara tersebut dihadiri langsung Pengasuh Ponpes Al Fadlu, KH Dimyati Rois (Mbah Dim), inisiator Nusantara Mengaji Muhaimin Iskandar, Sekjen PKB Abdul Kadir Karding, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Desa Marwan Ja’far, anggota DPR RI Fadhan Subchi dan Alamudin Dimyati Rois, Ketua DPW PKB Jateng M Yusuf Chudlori serta Wakil Ketua DPRD Jateng Sukirman.
Dalam kesempatan itu Muhaimin menegaskan, perjuangan hari ini adalah perjuangan meneruskan cita cita perjuangan keagamaan para masyayikh. Dan kemudian masuk dalam sendi sendi kehidupan ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan serta sosial kemasyarakatan.
“Karena perjuangan itu adalah tindak lanjut dari seluruh rangkaian dari perjuangan ahlusunnah wal jamaah,” tandas dia, seperti kererangan yang diterima Aktual.com, Kamis (19/5) malam.
Cak Imin, panggilan akrab Muhaimin, menyerukan, agar seluruh kekuatan harus bersatu memperjuangan ahlsunnah wal jamaah. Sebagi umat Islam terbesar di dunia, ahlusunnah wal jamaah mampu menjaga kedamaian umat Islam untuk melakukan ibadah.
“Makanya sosok seperti Mbah Dim ini jadi penyejuk dan kehadiran Gus Alam yang duduk di legislatif adalah lanjutan perjuangan Ahlusunnah Waljmaah,” tandas dia.
Untuk itu, semua umat Islam di Indonesia mesti bersyukur karena selama ini terjadi suasana yang damai, bebas beribadah, dan tidak terpecah belah.
“Keadaan inilah yang merupakan hasil jerih payah para kiai. Ini lah yang harus dipertahankan terus menerus. Harus kita syukuri keadaan ini,” tuturnya.
Lebih lanjut Cak Imin mengatakan, meskipun demikian masih banyak persoalan bangsa ini yang harus diatasi bersama-sama. Para menteri mempunyai tugas menyejahterakan masyarakat.
“Pekerjaan rumah yang lain masih banyak. Kaum santri masih kalah terus dalam berpolitik. Kita masih berada dalam posisi belum menjadi penentu utama dalam kebijakan,” kata Cak Imin.
Belum lagi dalam sektor ekonomi, tutur Cak Imin, seluruh aset nasional, pemain utamanya adalah hanya sekelompok kecil. Tantangan yang lain dalam bidang pemerintahan dan kenegaraan.
“Tetapi saya semakin hari semakin yakin, para santri akan terus menunjukkan optimismenya. Dengan kedalaman ilmu dan mempunyai basis, tidak mustahil para santri akan ke tengah dan memimpin negeri ini,” tandasnya.
Dalam kesempatan itu, Marwan Ja’far menambahkan, dunia pondok pesantren tidak hanya sebagai tempat pendidikan agama, tetapi juga tempat untuk mendidik para santri untuk mencintai Tanah Air dan Bangsa.
Contohnya, santri harus menjadi garda terdepan dalam memerangi narkoba. Selain itu juga, para santri juga harus mengantisipasi gerakan keagamaan yang tidak sesuai dengan ajaran Ahlusunnah. Namun meski begitu, respon para santri tetap harus mengedepankan kedamaian.
“Dakwah itu harus dengan damai. Mari kita ajak mereka yang terlibat dalam gerakan radikalisme ke jalan kita. Tidak hanya santri tetapi juga jamaah seluruhnya,” kata Marwan.
Artikel ini ditulis oleh: