Foto udara menunjukkan bangunan dan mobil yang hancur pasca serangan Israel yang berlanjut di Rafah, Gaza, Palestina, Jumat (9/2/2024). ANTARA/Anadolu Agency/aa.

Yerusalem, aktual.com – Anggota Kabinet Perang Israel Benny Gantz pada Jumat (23/2) mengancam bahwa militer “pada akhirnya akan melancarkan serangan yang telah direncanakan” di Kota Rafah, Gaza selatan.

“Pertempuran juga akan berlanjut di masa depan, jauh di dalam wilayah musuh dan bukan di sepanjang perbatasan,” kata Gantz dalam pesan video yang dibagikan di media sosial.

“Kami akan melindungi penduduk (pemukim Israel di Gaza) dengan menambah pasukan dan kami akan mencapai setiap tempat di mana teroris Hamas berada,” katanya.

“Keputusan untuk kembali ada di tangan kalian (pemukim Israel). Negara akan membantu semua keluarga atau masyarakat untuk mengambil keputusan yang tepat bagi mereka. Kami akan menyediakan semua layanan sipil untuk kalian,” katanya, seraya menambahkan bahwa keamanan mereka adalah tanggung jawab pemerintah.

Pemerintah Israel telah mengevakuasi penduduk di puluhan permukiman dan kota-kota di wilayah Gaza ke hotel dan wisma di seluruh Israel sejak awal perang pada 7 Oktober. Banyak yang menolak untuk kembali ketika perang berkecamuk.

Di Gaza utara, Gantz menekankan bahwa perang “tidak akan berakhir sampai penduduk wilayah utara dapat kembali.”

“Kami bekerja secara militer dan politik. Hizbullah telah didesak mundur dari perbatasan, dan kami sedang mempersiapkan hari ketika perintah akan diberikan, ketika kami perlu memperluas kegiatan kami.”

Banyak warga Palestina dari kota-kota di Gaza utara telah mengungsi akibat pertempuran di perbatasan antara militer Israel dan kelompok-kelompok perlawanan di Lebanon pimpinan Hizbullah sejak 8 Oktober.

Ancaman Gantz itu muncul ketika pertemuan dimulai di Paris antara Qatar, Mesir, Amerika Serikat, dan Israel untuk membahas cara meredakan situasi di Gaza dan mencapai kesepakatan pertukaran tahanan Palestina dengan sandera Israel.

Partisipasi Israel dalam pertemuan tersebut menandai perkembangan penting selama perang, setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada 13 Februari memutuskan untuk tidak mengirim delegasi kembali ke Kairo untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut.

Netanyahu juga menolak tuntutan Hamas untuk melakukan gencatan senjata, yang menyebabkan perundingan menemui jalan buntu.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain