Jakarta, aktual.com – Pasukan Israel dan Hamas terlibat dalam pertempuran rumah ke rumah di sepanjang Jalur Gaza. Keadaan perang semacam ini berdampak buruk pada penduduk sipil di tengah kehilangan bantuan kemanusiaan.
Saat Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berusaha melintasi daerah perkotaan yang parah rusak akibat serangan bom di Gaza utara dan selatan, Hamas semakin mengandalkan penggunaan bom rakitan untuk menimbulkan korban jiwa dan memperlambat kemajuan serangan tersebut.
Rumah sakit di Gaza melaporkan peningkatan jumlah warga sipil yang tewas dan terluka, terutama perempuan dan anak-anak. Hal ini terjadi bersamaan dengan penurunan pasokan medis, sementara pertempuran darat yang meluas ke Selatan menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan dari titik persimpangan Rafah dengan Mesir.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola oleh Hamas, sejak kegagalan gencatan senjata sementara awal bulan ini, telah terjadi 1.207 kematian warga Palestina. Dari jumlah tersebut, 70% adalah perempuan dan anak-anak.
Kementerian menyatakan bahwa lebih dari 100 jenazah saat ini menunggu proses pemakaman di dalam rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara. Rumah sakit tersebut dilaporkan mengalami keterbatasan pasokan bahan bakar dan terus menerima serangkaian serangan.
“Seluruh wilayah utara Jalur Gaza tidak memiliki layanan kesehatan,” kata Munir Al Bursh, direktur RS itu, kepada The Guardian (7/12).
Selama dua hari terakhir, fokus pertempuran berada di kamp pengungsi Jabaliya dan distrik Shujai’iya di utara Gaza, serta Khan Younis dan Bani Suheila di selatan. IDF (Pasukan Pertahanan Israel) telah berhasil menguasai sebagian besar Jalan Salah A; Din, jalan raya utama yang membentang dari utara ke selatan di tengah jalur pantai.
PBB dan lembaga bantuan lainnya menyatakan bahwa tidak ada tempat aman lagi di Gaza. Menurut PBB, lebih dari 80% dari populasi Gaza, atau sekitar 1,87 juta orang, telah meninggalkan tempat tinggal mereka. Banyak di antara mereka bahkan harus meninggalkan tempat perlindungan beberapa kali untuk menghindari serangan dari pihak Israel.
“Pola serangan yang menargetkan atau berdampak pada infrastruktur sipil menimbulkan kekhawatiran serius mengenai kepatuhan Israel terhadap hukum kemanusiaan internasional dan secara signifikan meningkatkan risiko kejahatan kekejaman,” papar Kantor Hak Asasi Manusia PBB.
Institute for the Study of War, yang berbasis di Washington, melaporkan insiden di mana sayap militer Hamas semakin canggih menggunakan bahan peledak. Dalam laporan tersebut, dijelaskan bahwa taktik Hamas melibatkan merobohkan sebuah rumah di atas tentara Israel di Khan Younis dan meledakkan serangan berbentuk penusuk lapis baja terhadap sebuah tank Israel.
IDF melaporkan tujuh korban pada Selasa dan dua lagi pada Rabu pagi. Sejak dimulainya operasi darat, 84 tentara IDF dilaporkan tewas dalam operasi darat, banyak di antaranya akibat bom dan rudal anti-tank yang ditembakkan dari jarak dekat.
“Pejuang milisi Palestina terus menggunakan taktik yang lebih canggih untuk menargetkan pasukan Israel di seluruh Jalur Gaza,” jelas Institute for the Study of War.
IDF menyatakan bahwa Khan Younis telah menjadi benteng utama Hamas sejak dimulainya serangan darat di utara pada tanggal 27 Oktober. Empat dari 24 batalyon gerakan ekstremis tersebut bermarkas di kota tersebut.
Para komandan Israel percaya bahwa hierarki Hamas, termasuk pemimpinnya, Yahya Sinwar, mungkin bersembunyi di dalam jaringan terowongan yang luas di bawah kota. Sinwar sendiri lahir di kamp pengungsi Khan Younis, dan pada Rabu malam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa IDF telah mengepung rumah keluarga Sinwar.
“Kemarin saya katakan bahwa pasukan kami bisa menjangkau mana saja di Jalur Gaza. Hari ini mereka mengepung rumah Sinwar. Rumahnya mungkin bukan bentengnya dan dia bisa melarikan diri, tapi hanya masalah waktu sebelum kita menangkapnya,” kata Netanyahu.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















