Trump memberikan waktu kepada ketiga negara itu sampai 12 Mei untuk merevisi perjanjian nuklir dengan Iran yang dia nilai buruk karena tidak memasukkan program pengembangan rudal. Jika revisi itu tidak memuaskan, maka Washington akan kembali memberlakukan sanksi kepada Iran dan dengan demikian mengakhiri perjanjian nuklir.
Beberapa pengamat mengatakan bahwa Netanyahu hanya berupaya untuk mendorong Amerika Serikat keluar dari perjanjian nuklir. Namun di sisi lain, para pengamat itu juga menyatakan, informasi intelejen Israel bisa dimanfaatkan untuk pengawasan yang lebih ketat terhadap Iran.
Mantan direktur Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Olli Heinonen, menyatakan bukti yang diperoleh Israel menunjukkan bahwa Iran tidak mengungkap semua aspek program senjata nuklir sebagaimana disyaratkan dalam perjanjian.
“Iran seharusnya membuka semuanya kepada IAEA. Kini saya harus bertanya, apakah mereka benar-benar patuh terhadap syarat perjanjian ini,” kata Heinonen.
Sementara itu Netanyahu sendiri mengaku telah memperoleh puluhan ribu halaman “arsip program atomik rahasia” dari Iran.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid