Pembantaian Salim Kancil Dalam Tragedi Pertambangan di Lumajang (Aktual/Ilst.Nelson)

Lumajang, Aktual.com – Ribuan warga menggelar istighatsah 40 hari meninggalnya aktivis antitambang Salim Kancil, yang diakhiri penanaman mangrove atau bakau di Pantai Watu Pecak, Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Jumat (6/11) sore.

“Sekitar 3.000 orang dari Kabupaten Lumajang dan luar daerah mengikuti kegiatan istighatsah 40 hari meninggalnya Pak Salim Kancil di Pantai Watu Pecak. Alhamdulillah acara tersebut berjalan lancar,” kata anggota tim advokasi warga Desa Selok Awar-awar, A’ak Abdulllah Al-Kudus di Lumajang.

Kegiatan istighatsah tersebut dihadiri anggota Komisi Pertambangan DPRD Jawa Timur Thoriqul Haq, anggota DPR RI Daerah Pemilihan IV Jatim Ayub Khan, dan peraih penghargaan Satya Lencana Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup, Mukarim dari Pasuruan.

“Sebenarnya Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf akan menghadiri acara istighatsah 40 hari meninggalnya Salim Kancil, namun batal karena ada dua acara istighatsah di dua lokasi yang berbeda, sehingga dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kalau beliau hadir di salah satu kegiatan istighatsah itu,” tuturnya.

Wagub Jatim yang biasa disapa Gus Ipul itu harus melakukan pertemuan tertutup dengan jajaran forum pimpinan daerah Kabupaten Lumajang, Komisi Pertambangan DPRD Jawa Timur dan salah seorang anggota tim advokasi warga Desa Selok Awar-awar A’ak Abdullah Al-Kudus.

Dari pertemuan itu diputusakan Gus Ipul batal menghadiri istighatsah di Desa Selok Awar-Awar karena ada dua agenda istighatsah yang digelar masyarakat yakni di Masjid Mujahidin Desa Selok Awar-awar yang diprakarsai oleh PCNU setempat dan istighatsah yang digelar di Pantai Watu Pecak yang diprakarsai oleh warga Desa Selok Awar-Awar yang sudah direncanakan jauh-jauh hari dengan undangan disebar melalui media sosial.

“Gus Ipul akhirnya menunaikan shalat Jumat di Masjid Agung Anas Mahfud Lumajang, sehingga batal ke Desa Selok Awar-Awar,” kata A’ak yang juga aktivis lingkungan tersebut.

Setelah digelar istighatsah di Pantai Watu Pecak, lanjut dia, ribuan warga melakukan penanaman mangrove di sekitar pantai setempat karena kawasan tersebut rusak akibat pertambangan pasir liar.

“Ada sebanyak 2.500 bakau yang ditanam di pesisir Pantai Watu Pecak. Bibit bakau tersebut merupakan swadaya dari masyarakat dan bantuan dari Pak Mukarim,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh: