Director Operasional PT Conwood Indonesia , Ruben Pereira (kiri) bersama Director Commercial PT Conwood Indonesia ,Rizki Kresno (kanan) berbincang dengan Kasubdit Fasilitas Hunian Berimbang PU-PERA, Budi Winarno disela peluncuran produk inovasi baru rumah conwood di Pabrik Conwood di Kawasan Industri Jababeka,Cikarang, Kamis (27/10). Rumah Conwood, merupakan rumah solusi untuk mendukung terwujudnya program 1 juta rumah yang di canangkan pemerintah,yang per Oktober 2016 tercatat pemerintah telah tercapai 40%.Dengan hadirnya rumah conwood yang dibangun hanya dalam waktu 7 hari,7 pekerja, dan 0% kayu namun memiliki kualitas dan kekuatan setara dengan rumah konvensional.Rumah conwood 100% bebas asbes sehingga aman bagi kesehatan penghuninya.Rumah conwood ditawarkan untuk tipe 36 m2 dengan harga Rp 2,4 juta/m2 atau Rp 86 juta/unit.Untuk tahun pertama kapasitas produksi 300 unit rumah/bulan. AKTUAL/Eko S Hilman

Jakarta, Aktual.com – PT Conwwod Indonesia berinovasi melakukan pembangunan sebuah rumah yang hanya memerlukan waktu 7 hari dan 7 pekerja. Selain itu, bahan yang dibutuhkan untuk membangun, sama sekali tidak menggunakan kayu, artinya Conwood ikut melestarikan hutan Indonesia. Rumah Conwood ini juga 100 persen bebas asbes sehingga aman bagi kesehatan penghuninya.

“Rumah Conwood untuk tipe 36 meter persegi (m2) ditawarkan dengan harga sekitar Rp 2,4 juta/m2 atau sekitar Rp86 juta per unit,” ujar Direktur Bisnis, Riski Kresno Edhie kepada Aktual ditulis Sabtu (29/10).

Perusahaan Conwood ini berdiri pada 2012 sebagai ‘trading bases’ yang sifatnya masih di bawah Holcim. Setelah berdiri sendiri, akhir tahun 2014 menjadi titik awal ‘go commercial’ Conwood. Saat itu merupakan kali pertama pabrik Conwood berproduksi.

“Tahun 2014-2015 pertumbuhan penjualan Conwood mencapai 400 persen atau sekitar Rp180 miliar. Sedangkan sampai bulan Juni tahun ini saja, penjualan sudah mencapai Rp180 miliar. Diharapkan akhir tahun ini bisa mencapai Rp600 miliar,” tambahnya.

Terkait serapan penjualan material, Rizki mengungkapkan bahwa 60 persen terserap melalui ritel, sedangkan 40 persen melalui proyek seperti perumahan Ciputra, Sinarmasland, Perumnas dan Podomoro.  Pada tahun pertama, kapasitas produksi Conwood sekitar 300 unit rumah setiap bulannya. Rumah Conwood ini membidik pengembang perumahan untuk rakyat dan pengusaha fasilitas perumahan perkebunan.

“Market penetrasi pasar lebih pada medium high. Apabila berdasarkan volume serapan pasar, DKI Jakarta masih terbesar diantara propinsi lainnya. DKI Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) mencapai 38 persen, Jatim 18 persen, Jateng-Jabar 12 persen, Bali 20 persen karena banyak vila dan sumbangsel 12 persen,” terangnya.

Serapan yang rendah, menurutnya akibat pola pikir masyarakat yang masih belum menghargai kualitas sebuah bangunan. Padahal apabila diperhitungkan secara matang, dengan hanya selisih Rp20 juta, masyarakat bisa berhemat hingga dua atau tiga kali lipat. Penghematan itu karena minimnya biaya perawatan setelah rumah  di bangun.

“Masyarakat secara umum belum bisa menghargai kualitas. Mereka kebanyakan hanya melihat dari sisi harga yang murah. Coba bayangkan rumah sederhana menggunakan batako dengan harga Rp138 juta, nanti tahun depan atap bocor, belum dinding retak. bayangkan keluarga baru beli rumah, setahun sudah pecah, atap rusak. berpa biaya yang harus dikeluarkan lagi,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka