Jakarta, Aktual.com – Politisi PDI Perjuangan Arteria Dahlan menyindir pemerintah dalam upaya penanganan kebakaran wilayah Kalimantan dan Riau. Selama kebakaran hutan dan lahan terjadi dan menjadi agenda rutin tahunan, ia mengusulkan selama itu pula dijadikan hari libur nasional.
“Kalau perlu dijadikan hari libur nasional, biar semua pihak itu tahu dan sadar ternyata kebakaran hutan dan lahan itu memang agenda dan kejadian rutin tahunan,” kata Arteria kepada wartawan, Minggu (28/8).
Menurutnya, pemerintah perlu mengalokasikan anggaran secara khusus dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Alokasi dana khusus ini sekaligus bentuk keseriusan pemerintah dalam menanganai karhutla secara serius, sebab dampaknya sangat merugikan masyarakat.
“Biar jelas sikap politik negara atas kawasan hutan dan lahan itu seperti apa, daripada percuma selama ini kan ada anggaran mitigasi resiko dan penanganan di setiap kementerian dan lembaga terkait toh percuma karena terjadi kembali,” selorohnya.
“Apa sih sulitnya untuk antisipasi, karena kita punya peta satelit yang bisa tentukan titik api sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan mitigasi resiko,” sambung Arteria.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menyatakan Indonesia sedang siaga darurat karhutla. Pihaknya terus memonitor dan langsung melakukan pemadaman ketika muncul titik api.
“Hasilnya, dibanding tahun sebelumnya jumlah titik api turun tajam, antara 70 persen hingga 90 persen,” katanya.
Titik api di Provinsi Jambi dan Kalimantan Barat, jumlah titik api turun hingga 90 persen. Berikut di Kalsel dan daerah lain mengalami penurunan cukup signifikan. Hanya saja, pada Juli hingga Agustus, terjadi kenaikan jumlah titik api hingga dua kali lipat, terutama di daerah Riau dan Kalbar.
Kenaikan ini merepotkan tim koordinasi pemadam kebakaran lahan, dari Korem, Polri, BPBD, Mangga Agni dan lainnya. Khusus di Riau, tim telah menjatuhkan air hingga 45 juta liter, di Sumatra Selatan sudah tiga juta liter air, sementara Kalbar dan Jambi saat ini tengah dilakukan pemadaman.
Peningkatan jumlah titik api ini ditambahkan Siti karena tingkat kekeringan udara berdasarkan pemantauan BMKG. Tingkat kekeringan di daerah Sumatera dan sekitarnya sudah di bawah 50 mili meter atau sangat kering sehingga harus waspada. (Soemitro)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka