Bandung, Aktual.com — Negara di kawasan Afrika menjadi salah satu wilayah penggerak ekonomi dunia dengan memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Beberapa tahun terakhir, Afrika menjadi magent bagi negara-negara di kawasan lainnya, seperti Amerika Serikat atau negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa.
Hal itu diungkapkan oleh Plt. Kepala BPPK Kementerian Luar Negeri, Salman Al Farisi dalam acara Seminar Internasional Indonesia-Africa Relations di Museum Konferensi Asia Afrika, Kamis (21/01). Menurut ia, Afrika secara umum mulai melepaskan diri dari predikat kawasan yang dekat dengan kemiskinan, kelaparan dan rawan konflik dengan menunjukan potensi yang dimilikinya.
Sumber daya alam (SDA) yang melimpah dan situasi demografi, mendukung pertumbuhan ekonomi dan menciptakan daya tarik tersendiri kepada negara-negara lain untuk berlomba mengembangkan kerja sama di berbagai bidang dengan negara di wilayah Afrika.
“Negara-negara maju telah lama menjalin kemitraan dengan kawasan Afrika. Negara-negara Asia juga telah menginisiasi forum-forum kerjasama, seperti RRT (Republik Rakyat Tiongkok) yang membentuk Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC), Jepang membentuk African-Japan Business Investment Forum, begitu juga dengan India, Korea Selatan, Turki, Malaysia,” demikian kata Salman.
Namun, Indonesia hingga saat ini masih belum bisa merealisasikan kedekatannya dengan Afrika. Padahal, Indonesia memiliki sejarah panjang dalam hubungan dengan kawasan Afrika. Indonesia memiliki modalitas yang cukup kuat setelah penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan pada tahun 1955. Banyak keuntungan politis Indonesia dari jalinan hubungan Indonesia-Afrika karena KAA.
“Ketertinggalan Indonesia untuk menjangkau Afrika dalam berbagai lapisan menuntut kesadaran dan komitmen seluruh pihak yang terlibat, terutama agar Indonesia dapat meraih manfaat sosial dan ekonomi dari kawasan tersebut. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan peran dan kehadiran Indonesia di Afrika harus diiringi dengan mengembangkan ide kongkret bagi pelaksanaan hubungan, termasuk di antaranya wacana pembentukan Forum Bisnis Indonesia Afrika,” ucapnya.
Dalam seminar tersebut hadir, Dr. Gregory Mills selaku Direktur Brenhurst Foundation dari Afrika Selatan, Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri, Lasro Simbolon dan dari Pusat Kajian Asia-Arfika Universitas Padjadjaran, dan Dadan Suryadipura.
Artikel ini ditulis oleh: