Jakarta, Aktual.com – Rencana pembentukan induk usaha BUMN energi dengan menjadikan PT Pertamina (Persero) sebagai holding dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) dan PT PLN (Persero) telah memberi sentimen negatif terhadap pergerakan harga saham PGAS.
Sejak rencana itu mulai kencang dihembuskan Menteri Badan Usaha Milik Negera (BUMN) Rini Soemarno pada tahun lalu, laju PGAS terhitung tergerus hingga 42,6% sepanjang tahun. Sehingga isu holding BUMN energi itu telah merugikan PGN sebagai perseroan dan investor sendiri.
Menurut Head of Research Infinitum Advisory, Agustini Hamid, akibat ulah pemerintah yang mamu membuat holding BUMN itu telah membuat investor menghindari saham-saham yang memiliki banyak risiko pasar seperti risiko politik. Dan saham PGAS terkena risiko politik gara-gara isu holding BUMN itu.
“Saham komoditas seperti PGAS ini telah terdampak dari risiko pasar termasuk di dalamnya risiko politik yang tidak bisa investor hindari. Ini sangat disayangkan. Jadi wacana holding BUMN telah rugikan PGN dan investor,” jelas Agustini di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (19/12).
Risiko politik yang dia maksud adalah, terkait dengan perubahan kebijakan langsung dan tak langsung terhadap pendapatan PGAS itu yang akan berdampak terhadap harga sahamnya itu.
“Misalnya adanya ‘kesalahan’ di laporan keuangan PGAS pada tahun lalu menurut saya bukan karena keinginan manajemen PGAS, tapi karena keinginan pemerintah. Jadi mereka lebih menyesuaikan terhadap kebijakan pemerintah,” terang dia.
Lebih lanjut dia menegaskan, bisnis usaha PGAS itu terdiri dari lini bisnis yakni transmisi dan distribusi. Hanya saja kedua bisnis tersebut terkait dengan kebijakan pemerintah. Hal itu akan berpengaruh pada operasional dan laporan keuangannya.
“Kalau laporan keuanganya terganggu karena ulah pemerintah pasti akan berpengaruh pada sahamnya juga,” kata dia.
Apalagi rencana pemerintah akan mengalihkan saham milik pemerintah di PGAS ke Pertamina, kata dia, akan menambah keraguan bagi investor. Pasalnya, Pertamina bukanlah perusahaan publik, sehingga laporan keuangan calon induk usaha BUMN energ itu sulit didapat oleh investor.
“Kita (investor) tidak tahu laporan keuangan Pertamina seperti apa karena mereka bukan perusahaan publik, baik atau tidak,” tandasnya.
(Reporter: Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka