Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjalani sidang lanjutan dugaan penistaan agama di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa (24/1). Pengadilan Negeri Jakarta Utara menggelar sidang kasus penistaan agama oleh Ahok dengan agenda mendengarkan lima keterangan saksi dari pihak Jaksa Penuntut Umum. Foto/aktual.com-Pool/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Peneliti Lingkar Survei Indonesia Adrian Sopa mengatakan bahwa dari 3 pasang calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok-Djarot Saiful Hidayat dinilai tidak mampu menjaga keberagaman masyarakat di DKI.

Hal ini lantaran Ahok yang kini menjadi terdakwa kasus dugaan penistaan agama dianggap sebagai bagian dari problem, bukan bagian solusi dalam menjaga keberagaman.

“Bila dibandingkan dengan dua pasangan calon lainnya, yakni Agus- Sylvi dan Anis- Sandi, pasangan nomor urut 2 hanya memperoleh 15,20 persen dinilai mampu dalam menjaga keberagaman di DKI,” kata Adrian, di Graha LSI, Jakarta Timur, Selasa (24/1).

“Sedangkan sebanyak 30,50 persen masyarakat menilai Agus-Sylvi mampu menjaga keberagaman, dan 24,50 persen menyatakan bahwa pasangan Anies- Sandi,” tambah dia.

Masyarakat, sambung dia, menilai bahwa Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dipandang mampu menjaga keberagaman di DKI lantaran background-nya sebagai tentara.

“Masyarakat melihat Agus disiplin dan pemahaman ideologi terhadap seorang tentara tentunya sangat keras dalam menjaga baik itu Merah Putih, NKRI, Pancasila dan UUD 1945, sehingga dipercaya mampu berkomitmen menjaga bhinneka tunggal ika,” papar dia.

Kemudian, Anies juga dinilai mampu dalam menjaga keberagaman di DKI, namun hanya kalah pamor bila dibandingkan dengan putra sulung Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.

“Anies justru lebih banyak kontroversinya soal agama dibandingkan Agus, mulai dari rumor soal Syiah hingga Islam Liberalnya. Juga menjadi persoalan kunjungan Anies ke Habieb Rizieq tokoh yang kini diadukan ke polisi,” pungkasnya.

LSI melakukan survei terkait polarisasi agama, etnik, dan gender pemilih Jakarta. Survei dilakukan pada 5-11 Januari 2017 di Jakarta, terhadap 880 responden dengan tatap muka. Mereka dipilih dengan menggunakan metode multistage random sampling dengan Margin of Error survei plus minus 3.4 persen.

 

Laporan: Novrizal

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang