Jakarta, Aktual.com – Komisi IV DPR RI menginginkan pemerintah dapat menambah jumlah penyuluh pertanian mengingat sektor tersebut merupakan salah satu ujung tembok pembangunan pertanian yang memiliki peran sangat strategis sebagai pendamping petani.
Ketua Komisi IV DPR RI Edhy Prabowo dalam rilis, Sabtu (28/10), mengemukakan setelah kunjungan kerja ke Provinsi Jambi, didapati adanya pengaduan dari perwakilan petani jagung yang mengadukan kurangnya bimbingan dari penyuluh yang memang masih mereka perlukan.
Politisi Partai Gerindra itu mengingatkan bahwa Indonesia saat ini kekurangan sekitar 43.000 penyuluh pertanian, dan ditambah kebutuhan sekitar 5.000 penyuluh kehutanan, maka diperkirakan ada sekitar 50.000 tenaga kerja baru yang diperlukan untuk memberi penyuluhan.
Edhy mengingatkan bahwa persoalan kekurangan penyuluh adalah hal yang sangat mendesak karena dapat mengganggu ketahanan pangan nasional.
Selain itu, ujar dia, pihaknya juga bakal mendorong pemerintah untuk mengeluarkan peraturan yang tegas guna mengatasi permasalahan tersebut.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Viva Yoga Mauladi menginginkan fakultas pertanian yang tersebar di berbagai daerah seharusnya mampu meningkatkan jumlah petani guna mengantisipasi menurunnya generasi muda pedesaan yang ingin menjadi petani.
“Banyak fakultas pertanian di seluruh Indonesia, kenyataannya jumlah petani menurun,” kata Viva Yoga dan menambahkan, inovasi pertanian yang dikembangkan Indonesia tidak berdampak positif terhadap peningkatan produksi pertanian karena berbagai inovasi alat sistem pertanian yang digunakan masih dimpor.
Hal itu, ujar dia, juga menandakan bahwa berbagai inovasi yang dihasilkan berbagai pihak di dalam negeri dinilai tidak aplikatif atau bisa diterapkan dengan baik terhadap pertanian.
Untuk itu, politisi PAN itu menganggap bahwa hal tersebut merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia agar dapat meningkatkan sumber daya manusia terutama di bidang pertanian.
Ia mengingatkan bahwa jumlah pengusaha di sektor pertanian di Indonesia masih sangat kecil, yaitu sekitar 1,3 persen, padahal masih banyak peluang yang bisa dimanfaatkan.
Kementerian Pertanian telah “merayu” generasi muda agar semakin banyak yang mau menjadi petani di berbagai daerah sebagai upaya mewujudkan visi pemerintah yang ingin menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
“Fakta terjadi di semua belahan dunia. Jumlah petani muda menurun, yang tersisa petani yang sudah berusia tua,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi dalam Seminar Hari Pangan Sedunia ke-37 yang diselenggarakan di Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (18/10).
Menurut Agung Hendriadi, penurunan jumlah pemuda petani tersebut adalah karena banyak generasi muda yang bermigrasi dari desa karena tidak tertarik bekerja di lahan pertanian.
Ia berpendapat bahwa yang membuat menarik bagi anak muda pada saat ini adalah yang memiliki nilai tambah serta memiliki sentuhan teknologi yang selaras dengan perkembangan era global saat ini.
“Kami akan coba pertanian kita mempunyai margin keuntungan yang tidak kalah kalau kita bekerja di luar pertanian. Jawabannya adalah teknologi, karena banyak anak muda yang tertarik mengembangkan aplikasi,” paparnya.
Antara
Artikel ini ditulis oleh:
Antara