Petugas menata uang kertas di ruang penyimpanan uang "cash center" di kantor pusat, Bank Negara Indonesia, Jakarta, Kamis (29/12/2016). PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI telah menyiapkan uang tunai sebanyak Rp 11 triliun untuk kebutuhan Hari Natal dan Tahun Baru 2017. Dalam rangka memenuhi kebutuhan libur panjang tersebut, BNI juga telah mendistribusikan uang rupiah terbitan emisi 2016. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Di tengah tren peningkatan kredit macet (non peforming loan/NPL), ternyata mulai ada Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang naik sebagai langkah prudent bagi lembaga perbankan dalam upaya menjaga ketahanan industri di 2017 yang tengah memasuki fase recovery ini.

Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Dody Arifianto menyebutkan, sejauh ini pencadangan terhadap rasio NPL perbankan sudah diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun, kata dia, langkah peningkatan CKPN harus tetap mencermati performa debitur.

“Performa debitur harus dilihat. Apakah dia sedang batuk-batuk (kesulitan finansial) sementara saja dan bisa disehatkan? Maka dari sini bank bisa melakukan penilaian dan penyesuaian,” papar Dody di Jakarta, Kamis (2/2).

Untuk itu, kata dia, keputusan meningkatkan CKPN juga harus dibarengi dengan penerapan prinsip kehati-hatian dan mencermati kemampuan debitur sebelum menyalurkan kredit.

Dengan demikian, dia menambahkan, langkah perbankan untuk meningkatkan CKPN merupakan inisiatif positif untuk mendorong pertumbuhan kredit.

“Pencadangan yang dilakukan bank itu bertujuan positif. Hubungan bank dan debitur harus dijaga, sehingga tidak bisa main diputus saja, khususnya nasabah besar,” ucap Dody.‎

Hal senada dikatakan Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual yang menyebutkan bahwa perlambatan kinerja kredit yang dibarengi tren kenaikan NPL di 2016 harus diimbangi dengan kecukupan CKPN. Sehingga, langkah peningkatan pencadangan tersebut diyakini akan mampu mendorong pertumbuhan kredit di tahun ini.

“Pe‎rmintaan kredit di 2016 masih rendah, karena masih banyak risiko. Pada 2017 ini, kalau dilihat dari sisi fundamental sudah bagus dan bisa memberikan keyakinan kepada industri perbankan. Kira-kira kinerja pertumbuhan kredit sekitar 10 persen untuk tahun ini,” ujar David.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka