Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia (BI) melakukan operasi moneter dengan membeli Surat Berharga Negara, dan melepas valuta asing di pasar, untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah yang pada Jumat pagi di pasar spot sempat melemah ke level Rp13.800.
“Kami umumkan ke pasar, BI ‘ready to buy’ SBN,” kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityswara di Jakarta, Jumat (11/11).
Mirza mengatakan BI melihat kondisi nilai tukar rupiah sudah jauh dari takaran nilai fundamentalnya. Setelah BI mengumumkan intervensinya, ujar Mirza, kurs rupiah bergerak menguat. Selama satu jam, BI melakukan lelang untuk “buy back SBN”.
“Jadi setelah BI umumkan membeli SBN dan hadir di valas saya lihat rupiah ke sekitar Rp13.500 dan terus membaik,” kata dia.
Menurut Mirza, merosotnya rupiah pada pembukaan pasar Jumat pagi ini lebih karena reaksi pelaku pasar atas analisis-analisis dampak ekonomi, menyusul kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Pelemahan rupiah tersebut diyakini Mirza hanya temporer.
Trump dikenal memiliki kebijakan ekonomi yang protektif dan konservatif sehingga dikhawatirkan akan menghambat perdagangan negara-negara mitra dagang AS. Selain karena sentimen tersebut, kurs rupiah juga terimbas kekhawatiran pelaku pasar mengenai kebijakan pembatasan perdagangan valuta asing, seperti yang dilakukan beberapa negara lain. Terkait rumor tersebut, BI tidak akan melakukan kebijakan pembatasan perdagangan valas.
“Karena yang paling terbaik adalah biarkan pasar berjalan dengan baik. Sisi suplai dan permintaan juga akan ada keseimbangan, dan para eksportir juga sudah mulai masuk untuk suplai valas itu yang membuat kurs kembali stabil,” kata dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka