Jakarta, Aktual.com — Demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia (BI) cenderung mematok suku bunga acuan perbankan atau BI Rate di angka tinggi. Kebijakan seperti itu, BI justru dianggap mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Demikian disampaikan Staf Ahli Bidang Ekonomi Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Purbaya Yudhi Sadewa, di Jakarta, Kamis (11/2).

“Kebijakan BI itu selama ini lebih suka menciptakan stabilitas dibanding menciptakan pertumbuhan,” tegas Purbaya.

Pasalnya, dengan suku bunga tinggi perekonomian susah untuk bertumbuh. Terutama untuk sektor riil karena perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh suku bunga.

“Memang Januari lalu BI sudah menurunkan suku bunga menjadi 7,25 persen. Tapi dilihat dari laju inflasi yang sudah rendah, BI Rate itu lebih pas jika di kisaran 6-6,5 persen,” papar dia.

Menurut Purbaya, perekonomian nasional saat ini dapat bertumbuh karena program-program pemerintah sendiri sudah berjalan. Terutama untuk program infrastruktur sudah mulai terlihat pembangunannya.

Namun di satu sisi, dia juga mengkritisi paket kebijakan ekonomi yang diterbitkan pemerintah. Menurut dia, paket kebijakan itu kurang berdampak saat ini.

“Tidak perlu juga paket kebijakan itu. Tinggal maksimalkan program pemerintah saja maka perekonomian itu akan bertumbuh,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka