Saudaraku, kita terlampau lumrah membayangkan apa yang kita harapkan dari kehidupan; sampai-sampai kita lupa mempertanyakan apa yang diharapkan kehidupan dari kita.
Karena kita tak pernah bisa meraba apa yang diharapkan kehidupan dari diri kita, kita terus menjalani kehidupan dengan ukuran-ukuran kelaziman orang lain. Tak bisa mensyukuri karunia potensi diri dan menilai pencapaian hidup menurut jalan aktualisasi dirinya sendiri.
Akibatnya, banyak orang lebih memburu kesuksesan menaiki tangga karir ketimbang kesediaan melakukan pendalaman diri dalam perjungan moral menjadi manusia berkarakter.
Kita lebih cepat menaiki kesuksesan karir dengan mengembangkan kekuatan diri. Sedang untuk menjadi manusia berkarakter, kita juga harus punya keberanian menghadapi kelemahan diri sendiri.
Manusia berkarakter punya kepercayaan diri karena berjangkar pada fundamen yang kuat. Dalam bidang intelek, mereka memiliki seperangkat keyakinan tentang kebenaran hakiki. Dalam bidang emosi, mereka tertambat dalam jaring cinta tak bersyarat. Dalam bidang tindakan, mereka memiliki komitmen permanen terhadap tugas berkelanjutan yang tak bisa dituntaskan dalam penggal waktu tertentu.
Agar bisa hidup dengan memenuhi tujuan hidup, ada baiknya kita picingkan pandangan ke luar diri, dengan lebih berpaling ke kedalaman diri. Sadarilah bahwa setiap pribadi itu istimewa, dan setiap keistimewaan diri itu memiliki jalan moralnya sendiri untuk mengemban tugas tertentu sebagai dharma pengabdian bagi kehidupan.
Belajar Merunduk, Yudi Latif
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin