“Masing-masing jalur pendakian memang ada kelebihan dan tantangan tersendiri, tergantung dari minat dan tantangan yang diinginkan para pendaki,” ucapnya.

Menurut dia, pengembangan model pendakian eksklusif tersebut sesuai dengan manajemen pendakian yang sedang disusun. Dalam manajemen tersebut, ada tiga segmen pendakian, yakni segmen untuk wisatawan pendakian eksklusif, wisatawan pendakian lokal, dan segmen untuk wisatawan yang hanya berekreasi atau tidak melakukan pendakian.

Pendakian eksklusif menggunakan kendaraan bermotor, lanjut Budhy, tidak melanggar aturan tentang kawasan konservasi karena jalur yang dilalui merupakan zona pemanfaatan berupa padang savana. Jalur pendakian tersebut juga sudah dimanfaatkan secara turun-temurun oleh masyarakat, termasuk menggunakan kuda seperti di Gunung Bromo.

“Model pendakian tersebut diharapkan bisa memberdayakan potensi ekonomi yang ada di masyarakat, baik dari sisi transportasi, pelayanan jasa pendakian. Dan kami sekarang sedang proses pembinaan dan identifikasi,” katanya.

Gunung Tambora dengan ketinggian 2.850 meter dari permukaan laut terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara).

ant

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby