Jakarta, Aktual.com — Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli menyarankan agar semua kapal-kapal yang memanfaatkan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I yang melalui Selat Malaka mesti dikurangi.
Saat ini pemerintah menyarankan untuk melalui jalur ALKI II, dengan rute Jawa bagian Selatan hingga tembus ke Selat Makasar sampai Laut China Selatan. Langkah ini diklaim akan mercepat pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) mulai terealisasi.
“Selama ini kalau hanya menggunakan jalur Selat Malaka yang palaing banyak dapat manfaatnya cuma Singapura saja. Mendingan kita ramaikai ALKI II,” tandas Rizal saat raker dengan Badan Anggaran DPR, di Jakarta, Senin (13/6).
Apalagi memang, lanjut dia, selama ini mayoritas kapal-kapal perdagangan itu pasti melewati Selat Malaka. Padahal di beberapa lokasi, Selat Malaka itu sempit, dangkal dan trafiknya semakin padat yang memungkinkan terjadi kecelakaan tabrakan kapal.
Menurut dia, saat terbentuknya Kemenko Maritim dan Sumber Daya, pemerintah terus mendorong pemanfaatan ALKI II yang meliputi Samudera Hindia, Selat Lombok, Laut Flores, Laut Sulawesi, dan Selat Makassar.
“Kalau menyusuri ke utara terus, lalu bisa ke Filipina dan Laut China. Lihat 10-20 tahun ke depan, Selat Malaka tidak akan memadai lagi,” ucap Rizal.
Lebih lanjut dia menyebutkan, perairan ALKI II jauh lebih dalam dan lebih lebar dibandingkan dengan Selat Malaka, sehingga risiko gangguan aktivitas perdagangan dan lingkungan hidup semakin kecil.
“Secara strategis, kami ingin ada pergeseran dari Selat Malaka ke ALKI II,” tegas Rizal.
Rizal mengklaim, saat ini trafik kapal-kapal besar di ALKI II sudah meningkat dan ekonomi di Indonesia timur terus mengalami perbaikan.
“Kapal-kapal tanker besar sudah melewati Selat Lombok dan kami menginginkan lebih banyak lagi yang melintas. Jadi, ekonomi Indonesia timur diuntungkan,” tuturnya.
Bahkan dengan diramaikannya ALKI II itu akan menggairahkan industri perkapalan. Sehingga bertumbuhnya industri perkapalan itu, baik di bagian service kapal, maintenance, dan jasa perkapalan lainnya.
“Selama ini industri perkapalan dunia sebanyak 30 persen dikuasai Yunani. Kita sebagai negara maritim kenapa tidak bisa? Jika jalur ALKI II berkembang, akan menumbuhkan industri perkapalan,” pungkas Rizal.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka