Jakarta, Aktual.co — Sebanyak 70 orang Suku Anak Dalam (SAD) melakukan aksi mosi tidak percaya dengan pemerintah daerah Batanghari, Jambi dengan melakukan aksi jalan kaki sepanjang 1000 kilometer ke Jakarta.
Perjalanan yang dimulai dari Jambi menuju Jakarta itu, setidaknya memakan waktu hingga 43 hari lamanya. Menyusul tidak kunjungn selesai terkait permasalahan atas lahan adat SAD sebesar 3.550 hektar, yang ‘dicaplok’ oleh salah satu anak perusahaan sawit Malaysia yakni PT Asiatic Persada (Wilmar Group).
“Kita melakukan aksi jalan kaki 1000 Km, selama 43 hari dari (15/10) hingga di Jakarta (26/11), pas 43 hari,” kata salah satu perwakilan Warga SAD, Abas Subuh, ketika ditemui ditenda pemukiman SAD yang dibangun di depan Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Kamis (25/12).
“Sebagai bentuk mosi tidak percaya terhadap pemerintahan Batanghari, yang tidak bijak dalam melihat persoalan ini,” imbuhnya.
Dikatakan dia, sejak sampai di Jakarta setidaknya sudah selama 28 hari warga SAD berada di dalam tenda yang dibangun di depan kantor Komnas HAM itu.
Dengan wajah datar dan sedikit bergetar, ia mengatakan meski sebagai rakyat Indonesia, tetapi seakan tidak diperhatikan oleh pemerintah. Padahal, sambung dia, pemerintah pusat membantu dengan mendesak pemerintah daerah Batanghari menjalankan kesepakatan bersama yang dibuat pada 1 Agustus 2012 lalu.
“Belum ada pihak pemerintah untuk menemui kami suku anak dalam yang bertenda disini, sehingga kami mengganggap kami ini seperti tidak punya orang tua (pemerintah) maupun kami di batanghari ini. Pihak provinsi sudah memberikan respon dengan menggiring agar konflik tahun 86-87, tapi Batanghari dan PT Asiatic yang selalu mengulur waktu sehingga tidak kunjung selesai,” ucapnya.
Lebih lanjut, dirinya mengutarakan bahwa selama di Jakarta, warga SAD sudah beberapa kali bertemu dengan dengan pihak terkait, baik pihak BPN RI, hingga ke Kementerian Kehutanan
“Namun tidak direspon sesuai harapan kami,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang
Nebby