Pasalnya aktivitas mengeser kasus genosida ke ranah agama apalagi dibawa ke Indonesia, menganggu stabilitas Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Sama dengan saya Muhammadiyah, adanya stigma terhadap umat Islam yang dianggap radikalis. Perilaku seperti ini jangan pernah diproduksi. Kami punya komitmen merawat kebangsaan dan toleransi. Masalah di negeri orang justru berantem sendiri di negri sendiri,” tandasnya.

Lebih lanjut, ia mengomentari aksi-aksi solidaritas yang muncul belakangan waktu ini di Indonesia. Baginya, aksi solidaritas yang muncul karena krisis kemanusiaan di Myanmar tidak perlu mengarah pada penjatuhan antar kelompok.

“Kalau ada kelompok yang tidak ingin menunjukan solidaritasnya itu tidak masalah itu hak masing-masing,” pungkasnya.

Laporan: Teuku Wildan A

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby