Jakarta, Aktual.com — Petani di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, mulai kesulitan mendapatkan pasokan air untuk mengairi lahan pertanian mereka seiring makin jarangnya turun hujan.
“Air di saluran dan sumur mulai kering. Sudah sebulan ini jarang turun hujan sehingga makin sulit mendapatkan air,” kata Suratmin, salah seorang petani di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Sabtu.
Saat ini sebagian petani memilih menunda musim tanam, khususnya yang lahannya jauh dari sumber air. Namun sebagian petani sayur tetap menanam tanaman meski harus susah payah mendapatkan air karena hanya sedikit pilihan sumber air.
Untuk mendapatkan air, petani harus mengoperasikan mesin penyedot air dan mengalirkannya ke kebun sayur milik mereka. Tentu saja kini mereka harus mengeluarkan biaya untuk membeli bahan bakar mesin pompa penyedot air tersebut.
“Kalau yang lahannya jauh dari sumber mata air juga tidak bisa. Mudah-mudahan saja kemarau tahun ini tidak lama,” harap Suratmin.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memprediksi kemarau di daerah ini terjadi mulai akhir Juli ini hingga Agustus mendatang. Masyarakat di sembilan kecamatan disarankan waspada karena daerah mereka rawan kebakaran lahan lantaran curah hujannya pada Juli ini diprediksi di bawah normal.
“Sifat hujan bulan Juli di bawah normal, artinya kurang dari 150 milimeter dalam satu bulan,” kata Kepala BMKG Stasiun Bandara Haji Asan Sampit, Yulida Warni.
Dari 17 kecamatan di Kotim, sembilan kecamatan diprediksi akan mengalami penurunan curah hujan signifikan. Yaitu Antang Kalang, Mentaya Hulu, Parenggean, Cempaga Hulu, Cempaga, Kota Besi, Baamang, Telawang dan Bukit Santuai.
Sebagian besar kecamatan rawan kebakaran lahan tersebut berada di kawasan utara Kotim. Namun ada satu kecamatan yang berada di Sampit Ibu Kota Kabupaten Kotim, yaitu Baamang. Kawasan rawan kebakaran lahan di Baamang meliputi kawasan lingkar utara dan ruas Sampit-Kota Besi. Sementara itu, untuk kecamatan lainnya sifat hujannya normal.
Artikel ini ditulis oleh: