Menpar Arief Yahya (istimewa)
Menpar Arief Yahya (istimewa)

Nusa Dua, Aktual.com – Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan tekadnya untuk membawa industri pariwisata Indonesia mengalahkan Malaysia, Thailand dan Singapura.‎ Untuk itu, ia mengajak kepada pelaku pariwisata dan generasi muda yang bergerak di sektor pariwisata untuk tidak tidur sebelum pariwisata Indonesia mengalahkan negara-negara tersebut.

“Kamu tidak boleh tidur sebelum mengalahkan Malaysia dan Thailand, karena pariwisata Indonesia selama ini terlalu lama tidur. Maka, sekarang kita harus bangun dan tidak boleh tidur lagi sebelum mengalahkan Malaysia dan Thailand. Kalau kita tidur, maka kita akan tertinggal jauh, sekalipun Indonesia ini besar, potensinya besar,” kata Arif saat menjadi keynote speaker di Kampus Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Negeri Bali di Nusa Dua, Kamis (29/9).

Arif menuturkan generasi muda Indonesia mesti memahami kelemahan pariwisata dalam negeri. Mereka juga wajib mengetahui kelemahan sektor pariwisata negara pesaing Indonesia.‎ Menurut Arif, kelemahan pariwisata Indonesia adalah promotion and place. Dalam hal promosi,Arif melanjutkan, branding pariwisata Indonesia yakni, Wonderful Indonesia masih sangat lemah.

Ia memaparkan, ‎tahun 2013, brand pariwisata Indonesia itu tak mendapat peringkat sama sekali. Sementara Truly Asia dari Malaysia dan Amazing Asia dari Thailand lebih baik dan memiliki dampak besar bagi kunjungan pariwisata di kedua negara tersebut.

“Atas kelemahan itu, maka kita dikalahkan oleh Malaysia, Thailand dan bahkan Singapura. Malaysia mampu mendatangkan 27 juta wisatawan, Thailand mampu mendatangkan 25 juta wisatawan dan Singapura mampu mendatangkan 20 juta wisatawan. Emosional kompetitor kita adalah Malaysia dan Thailand. Thailand mempromosikan sebagai Bali-nya Asia. Ini sungguh menyakitkan Indonesia,” tutur Arif.

Sampai saat ini, menurut Arif, devisa Indonesia dari sektor pariwisata hanya US$10 miliar dari 10 juta kunjungan wisatawan dengan komposisi penduduk Indonesia sebanyak 250 juta lebih. Dari jumlah tersebut, Bali memberikan kontribusi sekitar US$4 miliar. Sementara Malaysia mampu meraih devisa US$30 miliar dari 27 juta kunjungan wisatawan dengan total penduduk di Malaysia yang hanya berkisar sekitar 20 juta penduduk. Padahal, kata Arif, Indonesia memiliki banyak potensi pariwisata dengan negara yang besar.

Sejak 2015 lalu, pemerintah telah menetapkan pariwisata sebagai sektor unggulan.‎ Dengan demikian, jika dianalogikan sebagai korporasi, pemerintah harus memiliki inti bisnis (koor bisnis) di sektor pariwisata. Tahun ini, menurut Arif, pariwisata telah menjadi koor bisnis Indonesia.

Berdasakan kajian mendalam pemerintah menyakini jika masa depan pariwisata akan relatif bagus. “Potensi kita bagus, performansi yang buruk akan terus ditingkatkan. Culture Indonesia jadi top twenty in the world. Price kita bagus, bersaing di dunia. Sangat mudah ditebak, masalah utama adalaha promosi dan place. Marketing kita sangat bagus, branding Wonderful Indonesia sangat bagus,” jelas Arif.

Tahun 2016, branding Wonderful Indonesia lompat 100 kali lipat hingga mencapai peringkat 45 dunia yang sebelumnya bertengger di posisi 145. Branding Indonesia mampu melompat melewati Thailand dengan Amazing Asia yang menduduki peringkat 85. Yang lebih menggembirakan lagi, kata Arif, branding Indonesia dengan Wonderful Indonesia mampu melewati branding Malaysia dengan Truly of Asia yang hanya meraih peringkat 96.

Sebagai koor bisnis, maka pariwisata diproyeksikan sebagai penghasil devisa terbesar setelah minyak bumi. Tahun 2019, Arif optimistis pariwisata akan menjadi penghasil devisa terbesar. Jika sebelmnya penghasil devisa terbesar disumbangkan sektor migas dan non migas, maka tahun 2019 akan berubah menjadi sektor pariwisata dan non pariwisata.

(Bobby Andalan)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan