Surabaya, Aktual.com — Gubernur Jawa Timur Soekarwo menegaskan wilayahnya siap menjadi percontohan atau “pilot project” ekonomi syariah di Indonesia, sebab ada sekitar 6.000 pondok pesantren di wilayah setempat.
“Kultur di Jatim sangat kuat, dan saya mengusulkan ke Bank Indonesia agar Jatim jadi pilot project keuangan syariah di Indonesia,” ucap Soekarwo yang akrab dipanggil Pakde saat pembukaan “Indonesia Sharia Economic Festival” (ISEF) ke-2 di Lapangan Makodam V Brawijaya, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (28/10).
Ia beralasan, Jatim memiliki modal dasar yang kuat mengembangkan keuangan dan ekonomi syariah, karena sekitar 90 persen warganya beragama Islam, sehingga sangat layak menjadi basis ekonomi Syariah.
Sementar itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengakui daerah yang memiliki potensi besar sebagai basis ekonomi syariah adalah Jawa Timur, karena wilayah ini mayoritas beragama Islam dan memiliki ekonomi serta keuangan syariah yang tumbuh dan berkembang pesat.
“Ekonomi Syariah dapat menjadi solusi bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat Indonesia, namun dalam pengembangannya diperlukan sinergi dari berbagai institusi di pemerintah pusat maupun daerah, termasuk Bank Indonesia sebagai bank sentral,” katanya.
Ia menjelaskan, ekonomi syariah membutuhkan kerja sama lintas organisasi, yakni mulai dari Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Kementerian Agama, MUI serta pemerintah daerah.
“Sinergi kebijakan dan pengaturan dari sisi makro dan mikro sangat penting dalam mendukung perkembangan pasar keuangan syariah, sebab selain perlu adanya pengembangan produk pasar keuangan dan peningkatan efisiensi sektor keuangan, seluruhnya juga harus didukung oleh sumber daya manusia yang memadai,” ucapnya.
Perry menyebutkan, untuk saat ini pertumbuhan pembiayaan syariah di Jatim masih mengalami penurunan pada semester I 2015 yakni menjadi 29,01 persen, setelah sebelumnya mampu mencapai 86,23 persen pada semester II tahun 2014.
Penurunan, kata Perry, mayoritas disebabkan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, sehingga sektor keuangan syariah juga belum optimal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Ia menyebutkan, aset perbankan syariah di Jatim pada semester I 2015 adalah sebesar 11,56 persen, atau masih menurun dibandingkan pada Semester II 2014 yang mencapai 15,65 persen.
Sehingga, hal ini menyebabkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah di Jatim masih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan perbankan konvensional, meski memang keduanya cenderung sama-sama mengalami penurunan.
“Oleh karena itu, berdasarkan berbagai indikator itu masih banyak tantangan bagi pengembangan ekonomi dan keuangan, khususnya di Jatim,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan