Jakarta, Aktual.co — Museum Olahraga Nasional (MON) yang berada di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menjadi Museum khusus olahraga dan terbesar di Asia Tenggara (ASEAN).
Ide pembangunan Museum ini berasal dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX saat menjabat sebagai ketua Koni Pusat tahun 1981 silam. Presiden Soeharto meresmikan MON pada 20 April 1989 yang bertepatan dengan HUT TMII ke-14.
Museum yang berdiri di atas tanah seluas 1,5 hektar dengan luas bangunan 3000 meter persegi tersebut sangat menarik, karena bentuknya menyerupai bola.
MON terbagi menjadi tiga lantai. Ruang pameran berada di lantai satu yang memaparkan tentang moto olahraga, sejarah olahraga nasional serta antar bangsa, tokoh-tokoh olahraga, ekspedisi Everest (Kopassus), dan perahu pinisi (kapal layar tradisional indonesia).
Sementara itu, alur kisah (story line) MON itu bersifat linear. Hal tersebut lebih disebabkan oleh kondisi struktur fisik bangunan yang futuristik (existing).
“Pertama masuk itu ruang pengantar, ruang cakrawala olahraga, ruang interaktif, ruang olahraga permainan dan petualangan, ruang ajang dan arena olahraga, ruang legenda olahraga nasional, ruang bulutangkis dan hibah, ruang sepakbola dan cabang olahraga, ruang sang juara dunia, ruang olahraga tradisional, dan ruang penutup,” kata Windria Setiatama, kepala seksi pameran dan edukasi MON, di Jakarta.
“Sedangkan di lantai 2 itu berisi olahraga prestasi dan tradisional, serta Pekan Olahraga Nasional (PON). Kemudian pada lantai 3 itu diorama (permainan tradisional),” katanya lagi.
Sekedar informasi, MON dibuka setiap Selasa sampai dengan Minggu dari pukul 09.00 hingga 16.00 WIB dengan harga tiket masuk Rp5.000. “Di sini juga ada fasilitas ruang fitness, perpustakaan, ruang serba guna, ruang auditorium, lapangan tenis dan futsal, ruang bilyar, kantin, mushola, wall climbing dan plat ground,” terangnya kembali.
Pengunjung yang datang ke MON, kata Windria, mayoritas adalah berstatus pelajar dan Mahasiswa. “Selain melihat mereka juga banyak minta data. Paling ramai Sabtu dan Minggu. Jumlah 200 dari sehari. Biasanya mereka booking kunjungan,” urainya.
Disana tersimpan alat peraga dan barang-barang atlet maupun mantan atlet yang pernah dipakai dalam pertandingan ketika mereka mengharumkan dan menorehkan prestasi untuk Indonesia. “Kita tiap tahun ada penambahan pengadaan koleksi. Jadi tiap tahun kita berusaha menambah koleksi,” tandasnya.
Artikel ini ditulis oleh:















