Seoul, Aktual.com – Badan Intelijen Nasional Korea Selatan mengatakan Korea Utara tampaknya telah mengirim pasukan tambahan ke Rusia, setelah tentaranya yang ditempatkan di garis depan Rusia-Ukraina menderita banyak korban.

Dilansir dari ABC News, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) mengatakan pada Rabu (26/2), saat ini pihaknya mencoba untuk menentukan dengan pasti berapa banyak lagi pasukan Korea Utara yang telah dikerahkan ke Rusia.

NIS juga menilai bahwa pasukan Korea Utara dikerahkan kembali ke garis depan di wilayah Kursk Rusia pada minggu pertama bulan Februari, menyusul laporan penarikan sementara dari wilayah tersebut. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dalam pidatonya pada tanggal 7 Februari, mengonfirmasi serangan baru Ukraina di Kursk dan mengatakan pasukan Korea Utara bertempur bersama pasukan Rusia di sana.

Untuk diketahui, Korea Utara telah memasok sejumlah besar senjata konvensional ke Rusia, termasuk pada musim gugur lalu negara itu juga mengirim sekitar 10 ribu hingga 12 ribu tentara ke Rusia. Hal tersebut sesuai yang dilaporkan pejabat intelijen AS, Korea Selatan, dan Ukraina.

Tentara Korea Utara sangat disiplin dan terlatih dengan baik, tetapi para pengamat mengatakan mereka telah menjadi sasaran empuk serangan pesawat nirawak dan artileri di medan perang Rusia-Ukraina karena kurangnya pengalaman tempur dan ketidaktahuan mereka terhadap medan perang.

Pada bulan Januari, NIS mengatakan sekitar 300 tentara Korea Utara tewas dan 2.700 lainnya terluka. Zelensky sebelumnya menyebutkan jumlah warga Korea Utara yang tewas atau terluka mencapai 4 ribu prajurit , meskipun perkiraan AS lebih rendah, yakni sekitar 1.200.
Sebelumnya pada hari Rabu, surat kabar JoongAng Ilbo Korea Selatan, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa 1.000 hingga 3 ribu tentara Korea Utara tambahan dikerahkan ke Kursk antara Januari dan Februari. Sedangkan para pengamat mengatakan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dapat mengirim lebih banyak pasukan ke Rusia untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut dari Rusia sebelum perang berakhir.

Korea Selatan, AS, dan mitra-mitra mereka khawatir bahwa Rusia dapat memberi Korea Utara imbalan berupa transfer teknologi senjata canggih yang dapat meningkatkan program senjata nuklirnya. Korea Utara diperkirakan akan menerima bantuan ekonomi dan bantuan lainnya dari Rusia juga.

Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump tengah mengupayakan untuk mengakhiri konflik antara Rusia dan Ukraina. Selama pembicaraan di Arab Saudi minggu lalu, Rusia dan AS sepakat untuk mulai bekerja untuk mengakhiri perang dan meningkatkan hubungan diplomatik dan ekonomi mereka. Pejabat Ukraina tidak hadir dalam pembicaraan tersebut. Hal itu menandai perubahan luar biasa dalam kebijakan luar negeri AS di bawah Presiden Donald Trump dan perubahan yang jelas dari upaya yang dipimpin AS untuk mengisolasi Rusia atas perangnya di Ukraina.

Sedangkan dilansir dari France 24, pihak Korsel mengatakan adanya pengerahan pasukan tambahan Korea Utara ke Ukraina. ”Namun skalanya masih dikaji,” kata sumber pejabat intelijen Korsel.

Seperti diberitakan sebelumnya, pada awal Januari lalu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky turut buka suara terkait serangan balik pihaknya itu dengan mengatakan kalau sebanyak satu batalyon tentara Korea Utara atau sekitar 1.000 prajurit tewas. ”Satu batalyon tentara infanteri Korea Utara dan pasukan terjun payung Rusia telah tewas dalam pertempuran di wilayah Kursk,” ujar Zelensky awal Januari lalu.

Saat ini diketahui setidaknya ada sekitar 11 ribu prajurit Korea Utara diterjunkan di medan tempur Ukraina. Mereka dikirim untuk diperbantukan ke dalam militer Rusia dalam rangka operasi menguasai Ukraina. Presiden Zelensky sendiri sempat mengatakan setidaknya sudah 3 ribu prajurit Korea Utara yang tewas di tangan militer Ukraina.

Zelensky lantas menuding Rusia memberikan perlindungan minimal terhadap tentara-tentara asal Korut di medan perang. Menurutnya, warga Korut menderita kerugian besar karena mengirim bantuan tentara ke Rusia. Pernyataan soal rugi tersebut berulang kali ia ucapkan.

”Mereka (warga Korut) mengalami banyak kerugian. Banyak sekali. Dan kami melihat bahwa militer Rusia dan pengawas Korea Utara sama sekali tidak tertarik pada kelangsungan hidup orang-orang Korea ini,” tandas Zelensky.

(Indra Bonaparte)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain