Jakarta, Aktual.com — Hampi satu juta warga negara Indonesia setiap tahunya pergi ke luar negeri untuk berobat. Tentunya hal ini berdampak kepada devisi negara, dimana tak kurang dari US$ 1,5milyar atau sekitar 20 triliun rupiah pertahun.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Tantowi Yahya, dalam Seminar Umum bertema “MEA : Antara Nasionalisme dan Pasar Bebas Tenaga Kesehatan”, di Universitas MH Thamrin di Jakarta, Sabtu (28/11).
“Setidaknya 20 triliun rupiah uang beredar di luar negeri dari orang Indonesia yang berobat ke Luar Negeri seperi Singapura, Jerman, Belanda, Eropa, dan Amerika,” kata Tantowi.
Hal ini Ia katakan menjadi sebuah tanda tanya besar. Padahal secara perlengkapan dan fasilitas, menurut dia, jauh lebih hebat Indonesia.
“Begitu juga, soal bahasa, dokter kita pakai bahasa indonesia. Nah, hal itu dilakukan karena Psikologi pasien orang Indonesia selalu berpikiran kalau beroabat disingapura bisa langsung cepat sembuh,” ucap dia.
Oleh karenanya, menurut dia Indonesia harus berbenah. Terlebih menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), yang akan berlaku pada Desember 2015 mendatang ini. Jika tidak, maka MEA bukan saja berdampak secara ekonomi, tetapi juga secara sosial budaya.
“Sehingga berpotensi menimbulkan konflik, benturan atau bahkan perusakan kultural,” ucap dia.
Lanjut dia, isu terpenting bagi negara-negara Asean yang paling mengemuka adalah kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) negara-negara anggota, baik di pemerintahan maupun dunia usaha.
“Selain itu, konsentrasi pada UKM dan informal. MEA tidak hanya untuk perdagangan barang dan jasa tapi juga tenaga kerja profesional: dokter, pengacara, akuntan dan lainnya,” tandas dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby