Jakarta, Aktual.co — Harga minyak dunia turun di perdagangan Asia, setelah kenaikan produksi AS ke tertinggi lebih dari 30 tahun memicu kekhawatiran kelebihan pasokan global menjelang pertemuan OPEC yang diperkirakan akan mempertahankan tingkat produksinya.
Melansir laman AFP, Kamis (4/6), patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun dua sen menjadi 59,62 dolar AS per barel, sementara Brent melemah lima sen menjadi 63,75 dolar AS per barel dalam perdagangan sore.
Para analis mengatakan, dealer khawatir bahwa produsen tidak mengurangi kembali produksinya meskipun kelebihan pasokan telah mengakibatkan harga merosot hampir 50 persen selama tahun lalu.
Laporan minyak terbaru Departemen Energi AS pada Rabu menunjukkan produksi AS naik 20.000 barel per hari menjadi 9,59 juta barel dalam seminggu hingga 29 Mei — kenaikan kedua berturut-turut dan tertinggi sejak Januari 1983.
Sanjeev Gupta, kepala praktek minyak dan gas Asia-Pasifik diperusahaan konsultan bisnis EY, mengatakan pasar minyak “bearish” menjelang pertemuan 12 negara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) di Wina pada Jumat.
Diperkirakan bahwa “OPEC akan mempertahankan sikap saat ini dan tidak mengurangi produksi mereka untuk mempertahankan pangsa pasarnya secara keseluruhan”, kata Gupta.
Pada pertemuan terakhir pada November tahun lalu, kartel, yang memproduksi sekitar 30 persen dari minyak dunia, mempertahankan target produksi resminya sebesar 30 juta barel per hari, dalam sebuah langkah yang dipandang sebagai upaya mendorong produsen-produsen minyak serpih AS berbiaya tinggi keluar dari pasar.
Keputusan itu awalnya berkontribusi terhadap penurunan harga ke posisi terendah enam tahun pada Januari, tetapi beberapa analis mengatakan strategi, didukung oleh tokoh OPEC Arab Saudi, telah berhasil karena produsen-produsen minyak serpih telah tertekan dan minyak mentah kembali pulih dalam beberapa bulan terakhir.
“Anggota OPEC tampaknya melihat kebijakan saat ini sebagai sukses dan dengan demikian, kita melihat sedikit alasan bahwa mereka akan mengubah rencana permainan mereka sekarang,” kata Daniel Ang, analis investasi pada Phillip Futures di Singapura.
Artikel ini ditulis oleh: