Jelang Pertemuan Putin-Trump, Mendadak Kim Jong Un Dihubungi Putin
Moskow, Aktual.com – Jelang pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin di Alaska, pada akhir pekan ini. Dikabarkan kalau Putin menghubungi Presiden Korea Utara Kim Jong Un melalui sambungan telepon.
Dilansir dari Kyiv Independent, yang dikutip dari siaran resmi Istana Kremlin, Putin menghubungi Kim Jong Un pada Selasa siang (12/8) waktu setempat. Dalam pernyataan panggilan telepon yang disampaikan Kremlin, Putin ”berbagi informasi” dengan Jong Un terkait rencana negosiasi yang akan datang dengan Trump.
Panggilan telepon tersebut dilakukan hanya beberapa hari sebelum Putin akan mengadakan negosiasi tatap muka untuk mengakhiri perang di Ukraina pada 15 Agustus nanti. Pemerintahan Trump telah mempromosikan pertemuan tersebut sebagai terobosan dalam proses perdamaian, meskipun para pejabat Ukraina dan Eropa tetap waspada terhadap negosiasi yang mengecualikan Kyiv.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky jelas-jelas menolak penyerahan wilayah baru kepada Rusia, mendesak gencatan senjata sebagai langkah pertama menuju negosiasi, sebuah sikap yang didukung oleh mitra-mitra Kyiv di Eropa. Trump sendiri menggambarkan perundingan tersebut sebagai ”pertemuan uji coba” untuk menilai kesiapan Rusia bagi perdamaian.
Menjelang perundingan langsung antara Washington dan Moskow, Putin telah berupaya menggalang dukungan sekutu-sekutu Rusia terkait tuntutan maksimalnya atas wilayah timur Ukraina, setelah sebelumnya melakukan panggilan telepon dengan para pemimpin China, , Belarusia, dan India pada Jumat (8/8) lalu.
Selain diskusi tentang negosiasi yang akan datang, Kantor berita pemerintah Korea Utara KCNA melaporkan bahwa kedua pemimpin juga berbicara tentang ”keinginan mereka untuk memperkuat kerja sama di masa depan,” berdasarkan Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif yang telah mereka tandatangani sebelumnya.
Kremlin menggemakan pernyataan serupa, yang menyatakan bahwa ”kedua belah pihak menegaskan kembali komitmen mereka untuk lebih mengembangkan hubungan persahabatan, bertetangga, dan kerja sama di semua bidang,” sesuai klausul perjanjian kemitraan strategis antara dua negara itu.
Untuk diketahui, para pejabat Ukraina menilai bahwa Korea Utara telah mengerahkan 20 ribu hingga 30 ribu prajuritnya ke Rusia, sebuah langkah yang dipandang oleh para ahli sebagai upaya untuk mendapatkan posisi negosiasi yang lebih baik dalam perang Moskow di Ukraina.
Korea Utara, yang mengirimkan sekitar 11 ribu tentaranya ke Oblast Kursk Rusia tahun lalu, untuk membantu menangkis serangan Ukraina, berjanji pada bulan Juli bahwa negara itu akan ”tanpa syarat” mendukung perang skala penuh Rusia melawan Ukraina.
Ukraina Tidak Akan Serahkan Wilayahnya Kepada Rusia
Sementara itu, dilansir dari The Guardian, seperti dikutip dari KCNA, dalam percakapan telepon, Putin menyampaikan penghargaan atas bantuan Korea Utara dalam ”membebaskan” wilayah Kursk di Rusia barat dalam perang melawan Ukraina, dan ”keberanian, kepahlawanan, dan semangat pengorbanan diri yang ditunjukkan oleh prajurit Korea Utara”.
Sedangkan Volodymyr Zelenskyy menegaskan Ukraina tidak dapat menyetujui usulan Rusia untuk menyerahkan lebih banyak wilayah negaranya dengan imbalan gencatan senjata, karena Moskow akan menggunakan apa yang diperolehnya sebagai batu loncatan untuk memulai perang di masa mendatang .
Berbicara kepada para wartawan menjelang pertemuan puncak Trump-Putin, dan sehari sebelum pertemuan virtual dengan para pemimpin AS dan Eropa, Zelenskyy mengatakan ia yakin Putin ingin mendominasi negaranya karena Putin ”tidak menginginkan Ukraina yang berdaulat”.
Zelenskyy juga mengonfirmasi ketidakhadirannya di KTT Alaska, yang mengatakan ia ingin Putin menyetujui gencatan senjata di garis depan saat ini, dan agar kedua belah pihak memulangkan semua tawanan perang dan anak-anak hilang, sebelum membahas wilayah dan keamanan negara di masa depan. ”Setiap masalah wilayah tidak dapat dipisahkan dari jaminan keamanan,” katanya.
Zelenskyy juga mengatakan bahwa pertemuan puncak nanti pada dasarnya hanya menunda sanksi baru AS terhadap Rusia, yang telah dijanjikan Trump jika Putin menolak menghentikan perangnya, dan menyebut perundingan tersebut sebagai ”kemenangan pribadi” bagi Putin.
”Pertama, dia akan bertemu di wilayah AS, yang saya anggap sebagai kemenangan pribadinya. Kedua, dia keluar dari isolasi karena bertemu di wilayah AS. Ketiga, dengan pertemuan ini, dia entah bagaimana telah menunda sanksi,” kata Zelenskyy.
Zelenskyy menambahkan, dirinya telah menerima ”sinyal” dari utusan AS Steve Witkoff bahwa Rusia mungkin menyetujui gencatan senjata, tanpa menjelaskan lebih lanjut. ”Ini adalah sinyal pertama dari mereka,” tukasnya.
Sementara Gedung Putih mengatakan pertemuan puncak Alaska akan menjadi ”latihan mendengarkan” bagi presiden. ”Hanya satu pihak yang terlibat dalam perang ini yang akan hadir, jadi ini adalah kesempatan bagi presiden untuk pergi dan mendapatkan, sekali lagi, pemahaman yang lebih kuat dan lebih baik tentang bagaimana kita dapat mengakhiri perang ini,” kata juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt.
(Indra Bonaparte)

















