Ankara, Aktual.com – Presiden Tayyip Erdogan meminta dukungan dari para pemilih Turki dalam kampanye terakhir pada Sabtu (15/4), menjelang referendum yang dapat mempererat cengkeramannya di negara itu.

Jajak pendapat menunjukkan hasil pemungutan suara yang menyatakan “Ya” unggul sedikit dalam referendum pada Ahad untuk mengganti demokrasi perlementer Turki dengan kepresidenan yang berkuasa penuh, sebuah langkah yang dikatakan Erdogan untuk menghadapi tantangan politik dan keamanan yang Turki hadapi.

Para penentang Erdogan menyatakan ini sebuah langkah menuju otoritarianisme di sebuah negara tempat 40.000 orang ditangkap dan 120.000 dipecat atau di-PHK dalam penumpasan setelah usaha kudeta yang gagal menentang Erdogan pada Juli.

Negara-negara Barat telah mengecam respon yang keras itu, dan hubungan dengan Uni Eropa mencapai titik terendah selama kampanye itu ketika Erdogan menuding para pemimpin Eropa bertindak seperti Nazi karena melarang kampanye referendum di negara-negara mereka dengan alasan keamanan. Turki telah berunding untuk bergabung dengan UE selama satu dekade.

Ia juga mengatakan Turki dapat meninjau kembali perjanjian yang telah ditandatangani dengan UE untuk membatasi arus migran – banyak di antara pengungsi menyelamatkan diri dari perang di Suriah dan Irak, dua negara tetangga Turki.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan