Jakarta, Aktual.com – Enak ngga enak, begitulah jawaban Ibu Saani (62), saat ditanya bagaimana perasaannya ketika harus tergusur dari rumahnya di Kampung Pulo di bantaran Kali Ciliwung ke rumah susun sewa (Rusunawa) Jatinegara Barat, Jakarta Timur.
Saani mengaku tidak punya pilihan saat rumah permanennya berlantai dua di Kampung Pulo dibuldoser Pemprov DKI. Alasannya, dianggap bikin banjir Jakarta.
Kini dia harus terima rumahnya diganti dengan satu unit rusun seluas tak lebih dari 6×10 meter, dua kamar tidur, dan satu kamar mandi. Serta dapur yang menyatu dengan ruang keluarga.
Tak hanya itu, dia juga harus membayar sewa. Karena unit rusun bukan milik dia. Biaya sewanya: Rp 300 ribu/bulan di luar listrik air. “Mudah-mudahan betah dah,” ucap Saani lesu, kepada Aktual.com, Selasa (25/8).
Dia mengaku sudah tinggal di Kampung Pulo sejak tahun 1953. Setelah dipindah ke lantai 4 rusun Jatinegara, Saani mengaku belum punya rencana apa-apa untuk kehidupan sehari-harinya.
Sudah dua hari dia tak berjualan untuk menambah pendapatan keluarganya sehari-hari setelah pindah. Biasanya, di Kampung Pulo dia jualan es dan makanan kecil untuk bocah. Memang, dia mendengar di rusun ini bakal disediakan lapak untuk warga berdagang. “Tapi ngga tahu kapan,” jawab Saani.
Selain bingung mencari pendapatan, ada hal lain yang merisaukan Saani. Dimana dia tinggal di satu unit rusun bersama anak, menantu dan dua cucunya yang masih balita.
Yang membuat dia risau, jendela rusun hingga hari ini belum juga dipasang teralis. Padahal, jendela tidak terlalu tinggi dipasang. Akibatnya, Saani pun cemas cucunya yang balita itu tiba-tiba ‘nyelonong’. Saani pun harus ekstra waspada jika cucunya sedang bermain di kamar.
“Kemaren udah ada yang bilang bakal dipasang, tapi katanya dari dulu juga janji doang,” keluhnya.
Kini, Saani tinggal menunggu janji pihak pengelola maupun Pemprov DKI untuk memasang tralis di tiap kamar serta penyediaan lapak untuknya kembali berdagang layaknya seperti masih di Kampung Pulo.
Artikel ini ditulis oleh: