Ilustrasi- Rudal Korut

Moskow, aktual.com – Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut bahwa Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat sedang mempersiapkan perang dengan Korea Utara.

“Kami melihat bagaimana AS, Jepang dan Korea Selatan membangun suatu blok militer baru yang meningkatkan aktivitas militer, dan melakukan latihan skala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan tujuan yang diumumkan secara terbuka untuk mempersiapkan perang dengan DPRK (Korea Utara),” kata dia dalam konferensi pers di New York, pada Kamis (25/1).

Lavrov menjelaskan bahwa Rusia pernah menawarkan pembentukan zona aman dan perdamaian di Semenanjung Korea, tetapi AS menolak gagasan tersebut dan menganggapnya sebagai usulan yang prematur.

Dia mencatat bahwa Jepang dan Korsel sering menggunakan retorika agresif terhadap Korut, dan ada pembicaraan tentang pembukaan kantor aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Jepang, yang kemungkinan besar akan diikuti dengan penempatan infrastruktur militer aliansi di negara itu.

Lavrov juga mengatakan bahwa “segitiga” AS-Jepang-Korsel disebut-sebut sedang mengembangkan kerja sama di bidang nuklir–sebuah rencana yang oleh Pyongyang dianggap sebagai ancaman.

Merespons pernyataan pemimpin Korut Kim Jong-un tentang tidak adanya rencana untuk bersatu kembali dengan Korsel, Lavrov bertanya-tanya mengapa pernyataan itu menarik begitu banyak perhatian, sementara pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengesampingkan pembentukan negara Palestina tidak menarik perhatian.

Menurut Lavrov, dunia terpecah karena Barat ingin mempertahankan dominasinya sementara wilayah-wilayah “bekas jajahan” berusaha mengembangkan dan memperkuat kenegaraan dan kedaulatan mereka setelah merdeka.

“Barat sudah tertinggal, setidaknya di belakang (blok ekonomi) BRICS,” ujar dia.

Untuk itu, Lavrov mendesak AS untuk menghormati realitas dunia modern dan berhenti berpikir bahwa Washington bisa “mencekik” semua negara dengan dolar–melalui pemutusan koneksi dari sistem SWIFT atau penolakan pinjaman melalui Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain