Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa sekitar 400,00 warga sipil terkepung di daerah tersebut, dan kini mereka menghadapi kelaparan karena pemerintah Suriah menutup jalan bagi pengiriman bantuan. Ratusan warga yang membutuhkan evakuasi medis segera, juga belum diijinkan keluar dari daerah kantong itu.
Ghouta Timur adalah daerah pemberontak terakhir yang tersisa di sekitar Damaskus. Hingga saat ini daerah tersebut belum mencapai kesepakatan evakuasi, untuk penyerahan senjata sebagai timbal balik bagi pemberontak agar dapat pergi ke daerah pemberontak lainnya yang berada di wilayah utara.
“Mereka menyasar warga sipil … sebuah jet menyerang kami, bukan pemberontak atau pos pemeriksaan,” kata Sadeq Ibrahim, seorang pedagang, melalui sambungan telepon di Hamoriya.
“Semoga Tuhan membalas perbuatan pemerintah dan Rusia ini,” kata Abdullah Khalil, seorang warga lainnya, yang mengatakan bahwa dia kehilangan anggota keluarganya dalam serangan udara terhadap Arbin dan saat ini sedang mencari perlindungan di antara reruntuhan.
Serangan bom gencar terjadi di Ghouta Timur, menyusul sebuah serangan dari pemberontak pada bulan lalu, terhadap sebuah markas tentara di jantung kota, yang digunakan tentara untuk mengebom daerah-daerah pemberontak di sekitar.
Warga mengatakan bahwa kegagalan tentara untuk mengusir pemberontak dari kawasan tersebut, telah mendorong apa yang mereka yakini sebagai serangan balasan yang membabi buta terhadap warga sipil di Ghouta Timur.
Kemenangan pemerintah dalam serangannya sejak tahun lalu, telah memaksa banyak penduduk untuk melarikan diri ke dalam kota yang semakin padat. Hilangnya lahan pertanian meningkatkan tekanan pada persediaan makanan yang semakin menipis.
ant
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby