Otoritas Israel telah membangun tujuh pos permukiman ilegal di dalam Area B Tepi Barat, yang seharusnya berada di bawah kendali administratif Otoritas Palestina, menurut laporan kelompok hak asasi Israel pada Minggu (22/12/2024). /ANTARA/Anadolu/py

Gaza City, aktual.com – Kelompok Jihad Islam, sekutu Hamas dalam pertempuran melawan Israel di Jalur Gaza, menolak dan mengutuk rencana perdamaian yang diajukan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk mengakhiri perang Gaza.

Dalam pernyataannya yang dikutip AFP, Selasa (30/9/2025), Jihad Islam menilai usulan Trump justru akan memperburuk kondisi Palestina.

“Ini adalah resep untuk agresi berkelanjutan terhadap rakyat Palestina,” sebut Jihad Islam dalam pernyataannya, Senin (29/9) waktu setempat.

“Melalui ini, Israel berusaha — melalui Amerika Serikat — untuk memaksakan apa yang tidak dapat dicapainya melalui perang,” tuding kelompok tersebut.

“Oleh karena itu, kami menganggap deklarasi Amerika-Israel sebagai formula untuk mengobarkan konflik di kawasan,” tegas Jihad Islam.

Rencana Trump mencakup seruan gencatan senjata, pembebasan seluruh sandera oleh Hamas dalam 72 jam, perlucutan senjata Hamas, serta penarikan bertahap pasukan Israel dari Jalur Gaza.

Selain itu, usulan tersebut juga memuat pengerahan “pasukan stabilisasi internasional sementara” serta pembentukan otoritas transisi yang dipimpin Trump sendiri bersama mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair.

Menanggapi rencana itu, Hamas menyatakan akan menunggu hingga menerima proposal resmi sebelum memberikan jawaban.

“Kami akan merespons setelah kami menerimanya,” kata seorang pejabat senior Hamas yang enggan disebut namanya.

Rencana perdamaian Trump juga menuntut kelompok militan Gaza, termasuk Hamas, untuk melucuti senjata sepenuhnya dan tidak ikut serta dalam pemerintahan mendatang. Namun, bagi mereka yang bersedia “hidup berdampingan secara damai” dijanjikan amnesti.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain