Jimly Asshiddiqie

Jakarta, Aktual.comKetua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof Jimly Asshiddiqie mengingatkan pemerintah agar tidak menghadapi aksi petinggi Front Pembela Islam (FPI) M Rizieq Shihab seperti mau berperang. Hal ini terkait dengan langkah pimpinan TNI yang menggelar apel siaga di kesatuan-kesatuan pasukan khusus.

“Jangan bikin suasana tegang, kayak mau perang. Jangan anggap mereka yang tak suka pemerintah itu akan bisa menjatuhkan Presiden,” kata Jimly kepada tim Blak-blakan detik.com, Kamis (19/11).

Bila teologi perang dihadapi dengan ideologi perang, kata jimly, mungkin akan menghasilkan penyelesaian yang cepat dengan kemenangan negara. “Tapi selesainya itu tidak sejati, dan dalam jangka panjang bias menimbulkan luka kebangsaan yang susah merawatnya.”Pemerintah, dia melanjutkan, sebaiknya mengganggap polah Rizieq Shihab sebagai kenakalan. Karena itu perlu dihadapi dengan lebih bijak, diplomatis. Narasi ketidaksukaan terhadap pemerintah oleh Rizieq Shihab dan para pendukungnya, tak mungkin menjatuhkan Presiden Jokowi.

Begitu pun dengan langkah hukum terhadap Rizieq Shihab dan kelompoknya bila terlalu dipaksakan justru bisa memperuncing masalah. Sepertinya ketegasan hukum itu mulia, tapi itu sesungguhnya cuma di permukaan. “Di hatinya belum tentu, bahkan akan menyulut dendam,” ujarnya sebagaimana dikutip dari Detikcom.

Di pihak lain, senator dari wilayah DKI Jakarta yang juga mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu juga mengingatkan agar Rizieq Shihab menghentikan model dakwah yang cenderung provokatif. Sebagai pemimpin agama, dia harus dapat ikut menyejukkan suasana apalagi di tengah kondisi pandemi.

Para petinggi FPI dan pendukung lainnya jangan membandingkan acara-acara pengumpulan massa yang mereka lakukan dengan proses pilkada. Kedua hal itu jelas berbeda karena gelaran pilkada merupakan bagian dari kegiatan bernegara yang diatur undang-undang.

Prof Jimly juga mengkritik kelompok yang menamakan diri 212. Dia meminta agar rencana menggelar reuni di tengah pandemi diurungkan. “Acara semacam itu cuma melanggengkan konflik saat Pilgub DKI 2017. Itu cuma memelihara sakit hati,” tegasnya

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin