Saudaraku, kota (negara) ideal dalam bayangan Republik-nya Plato adalah kota berjiwa kepemimpinan filosofis yang mendenyuti tiga karakteristik utama: jiwa penalaran, semangat kompetitif, dan kenyamanan.
Kepemimpinan harus mengandung kekuatan penalaran yang dapat merangsang kesehatan berpikir dan kreativitas warga. Dengan jiwa penalaran, kota berkembang dengan perencanaan dan kebijakan yang sehat disertai daya kreatif yang tinggi. Segala sesuatu diputuskan dengan jalan nalar-permusyawaratan, bukan lewat jalan irasionalitas dan kekerasan. Kota tidak dipimpin dengan manajemen tambal sulam, mengandalkan impresi pencitraan dan politik adu domba, yang segala kelemahan dan keburukan kepemimpinan ditutupi dengan irasionalitas demagogi dan pembelaan buzzer.
Kepemimpinan juga harus mengandung spirit berkompetisi tinggi. Bukan sekadar berani bersaing di arena pemilihan, melainkan juga kesanggupan mengerahkan segala daya guna mengatasi masalah dan mengejar ketertinggalan, meraih prestasi tinggi, serta ketabahan mempertahankan prinsip, kebijakan, dan integritas.
Perkembangan kota tak dibiarkan disetir perseorangan dan golongan yang bisa merusak prinsip tata kelola dan tata ruang; juga tak dibiarkan terperangkap di lubang persoalan yang sama, yang membuat derita musiman warga sebagai kewajaran.
Kepemimpinan sebagai resultante dari kedua kejiwaan tadi harus mengandung kekuatan pengungkit kenyamanan hidup warga lewat produktivitas ekonomi, kesejahteraan, dan wahana rekreasi.
Perkembangan kota menyediakan ruang-ruang aktualisasi diri bagi warga. Di kota-kota seperti itu, budaya literasi kuat; talenta, toleransi, dan teknologi berkembang lapang. Berbagai komunitas tumbuh sebagai jaring pengaman dan konektivitas warga dalam pemenuhan kebutuhan material dan spiritual.
Kota tak dibiarkan mengarah pada gentrifikasi yang meluaskan segregasi dan kesenjangan sosial; juga tak dibiarkan mengarah pada alienasi dan deprivasi sosial akibat kesempitan dan ketertutupan ruang perjumpaan.
Dari kehadiran jiwa kota seperti itulah muncul istilah ”politik”, yang bermula dari kata polis (kota) dalam tradisi Athena; yakni tempat segala hal diputuskan scr rasional dan berkeadaban.
Belajar Merunduk, Yudi Latif
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
As'ad Syamsul Abidin