Erick dan Sandi sudah seperti saudara. Erick berbeda dengan Sandiaga yang pernah terjun di dalam medan sosial politik. Erick adalah seorang profesional murni yang tak mengerti seluk beluk dunia silat lidah. Sementara Sandiaga sendiri berpengalaman dalam dunia sosial politik.

Sandi pernah menjadi Ketua Umum HIPMI, lalu terjun di dalam politik praktis menjadi Waketum Dewan Pembina Gerindra. Hingga akhirnya bersama Anies terpilih menjadi Wakil Gubernur DKI. Melalui pernyataan yang disampaikan oleh Sandiaga, Erick katanya dilematis untuk menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional. Erick tak kuasa menolak perintah.

Nasib Erick persis seperti Prabu Salya yang disandera untuk dibenturkan dengan dengan kedua keponakannnya. Erick juga diduga sengaja dipasang sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional untuk dibenturkan dengan sahabatnya yang telah ditetapkan jadi Cawapresnya Prabowo, Sandiaga Uno.

Sebagaimana JK, Erick Thohir sebagai Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) juga diduga disandera dengan isu korupsi dana sosialisasi dan promosi Asian Games tahun 2017 yang sedang ditangani oleh pihak penegak hukum. Dari kasus ini, tiga orang telah ditetapkan sebagai tersangka.

Kemudian rumor dihembuskan bahwa Erick akan segera diperiksa oleh penegak hukum, walaupun kemudian diralat.

Sebagaimana Prabu Salya yang dijebak, juga Senopati Bisma yang terjebak dengan sumpahnya. Mereka memang secara fisik tersandera berada di pihak Kurawa.

Namun, di dalam hatinya terdalam, mereka tetap mendoakan kemenangan bagi pihak Pandawa.

Demikian juga dengan Prabu Erick Thohir, Prabu JK dan sejumlah prabu lainnya yang disandera berada di pihak penguasa. Rasanya mereka juga mendoakan kekalahan dan kehancuran bagi pihak penguasa yang serakah, licik, culas dan bengis. Eling, gusti Allah ora sare!!

Oleh : Haris Rusly Moti, eksponen gerakan mahasiswa 1998 Yogyakarta, Kepala Pusat Pengkajian Nusantara Pasifik (PPNP)

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby