Jakarta, Aktual.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan situasi ekonomi di sejumlah negara turut mempengaruhi keadaan ekonomi global melalui sektor perdagangan dan investasi.

“Ekonomi dunia tidak bisa lagi terpisah-pisah. Selalu terjadi interdependensi satu sama lain,” kata Wapres dalam sambutannya saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2015 di Balai Sidang Jakarta, Selasa malam (24/11).

Menurut Jusuf Kalla (JK), jika beberapa negara mengalami krisis, hal itu akan mempengaruhi tingkat ekspor Indonesia karena penurunan permintaan komoditas.

Wapres mengatakan ketika beberapa negara seperti Tiongkok, sejumlah negara di Eropa serta Amerika Serikat mengalami pelambatan ekonomi, maka hal itu akan berpengaruh besar kepada perekonomian Indonesia.

JK mengatakan Indonesia perlu belajar dari pengalaman negara lain untuk menghindari krisis ekonomi.

“Kalau lihat di Amerika Serikat yang menurun ekonominya karena ongkos perang besar, kemudian mengalami krisis karena ‘bubble’ dalam hal moneternya. Artinya, ongkos perang dan kebijakan moneter yang terlalu loss dapat menyebabkan masalah,” jelas JK.

Sementara itu, permasalahan ekonomi yang terjadi di Eropa, menurut Wapres, disebabkan karena biaya sistem tunjangan sosial yang terlalu membebani perekonomian sejumlah negara di Eropa.

Krisis ekonomi tersebut menyebabkan turunnya permintaan komoditas asal Indonesia seperti batubara, minyak sawit serta karet sehingga perekonomian di daerah lesu dan berdampak pada pembelian barang industri dari wilayah pusat.

“Kelemahan kita, harus kita balik menjadi kekuatan. Kita masih banyak mengimpor seperti mengimpor beras dan jagung. Itu kelemahan yang harus dijadikan sebagai kekuatan,” kata JK.

Cara untuk mengubah hal itu, kata JK, bisa melalui peningkatan produktivitas sehingga dapat mengurangi ketergantungan dari produk impor.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan BI memproyeksikan perbaikan perekonomian domestik pada 2016 mencapai 5,2 hingga 5,6 persen.

Agus mengatakan hal itu didukung oleh permintaan domestik dari sisi investasi mengingat sisi perekonomian global yang belum stabil signifikan.

Gubernur BI juga memperkirakan pertumbuhan kredit dan pembiayaan perbankan pada 2016 pada kisaran 12-14 persen yang ditopang oleh dana pihak ketiga sebesar 13-15 persen.

“Kami memperkirakan inflasi akan berada dalam kisaran targetnya sebesar 4 plus minus 1 persen di tahun 2016,” kata Agus.

Artikel ini ditulis oleh: