Jusuf Kalla
Jusuf Kalla

Jakarta, Aktual.com — Pertumbuhan perekonomian nasional di mata Wakil Presiden Jusuf Kalla masih dapat terus bertumbuh ditambah masih adanya ketidakpastian perekonomian global.

Namun sayangnya, JK terkesan masih mengandalkan kekayaan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki bangsa Indonesia. Padahal harga komoditas saat ini tengah anjlok yang masih dalam.

“Saya lihat, ekonomi domestik tetap berpotensi bertumbuh lebih besar, karena adanya sumber daya alam (SDA) dan SDM. Sehingga, bisa menjadi pasar dan tempat (berinvestasi) yang baik,” tandas JK di Jakarta, Jumat (29/4).

Namun demikian, di satu sisi pemerintah juga mengakui tidak selamanya dapat mengandalkan komoditas SDA. “Apalagi saat ini harga komoditas sudah berada di titik terendah,” kata JK mengakui.

Pmerintah sendiri, lanjut JK, masih menargetkan, pertumbuhan ekonomi 2016 ini bisa mencapai 5,3 persen. Jika itu terjadi sebuah capaian terbaik di tengah tantangan gejolak ekonomi global yang penuh ketidakpastian.

“Target 5 persen suatu pencapaian yang baik ditengah kondisi ekonomi seperti ini,” kata Wapres.

Menurut Kalla, sejak 2015 kondisi ekonomi global semakin menunjukkan ketidakpastian, sehingga berdampak buruk bagi emerging market, seperti Indonesia.

“Tetapi, negara yang mengalami krisis, yang pertama dilihat adalah kondisi keuangan. Baik dilihat dari rupiah, saham maupun suku bunga,” paparnya.

Dengan demikian, kata dia, upaya menjaga stabilitas ketiga indikator tersebut perlu dilakukan secara sinergis oleh masing-masing otoritas.

“Karena, suatu pertumbuhan ekonomi yang baik akan dinikmati sektor keuangan. Tetapi kalau krisis, sektor keuangan yang pertama kali kena,” tegas Kalla.

Pada dasarnya, jelas dia, sejauh ini angka pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang stabil di kisaran 5 persen. “Untuk ukuran Asia, ekonomi Indonesia berada di tengah-tengah. Tidak terlalu rendah dan tidak ketinggian juga. Sehingga, bisa tumbuh pada batas-batas yang baik,” ucap JK.

Meski begitu, JK juga mengingatkan, masih ada tantangan sistem keuangan Indonesia yang saat ini sulit bersaing dengan negara lain, karena selama bisnis di sektor riil dibayangi tingkat suku bunga tinggi.

“Makanya harus ada kerjasama yang berusaha menurunka suku bunga, agar bisa bersaing dengan negara-negara lain,” pinta Wapres.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka