Jakarta, Aktual.com – Setelah beberapa waktu yang lalu Serikat Pekerja Pertamina Unit RU IV Cilacap melakukan demo penolakan atas kesepakatan Joint Venture (JV) Refinery Development Master Plan (RDMP) kilang Cilacap, kini Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) memperkuat gerakan itu.
Presiden FSPPB, Noviandri mengatakan apa yang dilakukan para pekerja sebelumnya sudah tepat dan gerakan penolakan JV tersebut harus didukung oleh pihaknya. Dia menilai JV tersebut sangat berbahaya dan menggadaikan kedaulatan bangsa.
“Kami minta Kementerian BUMN agar mengkaji ulang RDMP ini agar tidak dilanjutkan,” katanya di Jakarta, Selasa (27/12).
Dia menuturkan bahwa kerugian yang pertama yaitu akan menghilangkan aset Pertamina karena JV dilakukan pada kilang yang sudah existing. Padahal kilang Cilacap merupakan kilang andalan bagi Pertamina untuk memproduksi BBM yang menjadi kebutuhan rakyat Indonesia.
“Dengam pelaksanaan JV tersebut, aset Pertamina yang sudah existing akan hilang karena berbagi dengan ivestor lain,” ujarnya.
Kemudian, JV tersebut tidak punya masa terminasi (masa habis waktu), sehingga rekanan akan terus menerima hasil selama-lamanya selagi kilang tersebut beroperasi. Diketahui dalam perjanjian itu, Pertamina memiliki prosentase saham sebesar 55 persen, sedangkan Saudi Aramco sebesar 45 persen.
“Kami paham bahwa banyak kegiatan hulu Pertamina menggunakan JV, tapi ada batas waktunya, setelah terminasi, kembali menjadi milik negara. Kalau kita teruskan JV ini, maka mengadaikan kedaulatan negara ini,” tukasnya.
Untuk itu dia meminta pemerintah mendorong pembangunan kilang dengan menggunakan dana tax amnesty. Atau dia merasa lebih baik Pertamina berhutang untuk membangun kilang dari pada melakukan JV yang tidak punya terminasi.
“Memang biayanya besar sekitar USD 5 miliar, tapi kami mendorong agar kilang Cilacap dibiayai sendiri melalu tax amnesty atau dana pinjaman daripada JV yang tidak punya terminasi,”
Untuk diketahui, Direksi Pertamina sudah menanda tangani JV RDMP Cilacap untuk meningkatkan kapasitas kilang saat ini sebesar 348.000 barel perhari ( Bph) menjadi 400.00 Bph dengan peningkatan Nelson Complexity Index (NCI) mencapai 9, 4 dari angka 4. Proyek ini juga akan menghasilkan BBM standar Euro 5 dengan total nilai investasi sekitar USD 5 miliar.
(Laporan: Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka