Presiden Joko Widodo menjawab pertanyaan saat wawancara khusus dengan Kantor Berita ANTARA, TVRI dan RRI di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (13/10). Wawancara tersebut membahas pencapaian dua tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo, diantaranya dalam bidang kemaritiman dan tax amnesty. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww/16.

Jakarta, Aktual.com-Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut ada kelompok yang menggoyang persatuan Indonesia dengan sejumlah aksi. Keberagaman Indonesia terus diuji oleh kelompok ini dengan tindakan terorisme yang ditindak dengan penegakan hukum.

“Ada kelompok-kelompok yang ingin menggoyang persatuan Indonesia. Dengan aksi teror seperti peristiwa bom Bali tahun 2002 dan juga bom di Thamrin Jakarta di awal 2016,” kata Jokowi saat membuka World Peace Forum keenam di Istana Negara, Jakarta, Selasa (1/11).

Menurut mantan Wali Kota Solo ini tindakan memecah belah persatuan Indonesia gagal dengan dua landasan bangsa. Yakni Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan bernegara.

“Dan inilah yang selalu menjadi pegangan kami,” ujar Kepala Negara.

Jokowi menilai, aksi-aksi teror yang terjadi di Indonesia merupakan hasil dari ekstremisme kekerasan, yang juga menjadi penyebab aksi teror serupa di negara lain.

Sementara ekstrimisme kekerasan, lanjut dia, penyebab utamanya adalah ketidakadilan yang bersifat global.

“Karena itu, untuk mengatasi isu global ini, untuk mengatasi ekstremisme kekerasan, diperlukan aksi kolektif kita bersama untuk melawannya,” tambah Jokowi.

Jokowi percaya bahwa WPF yang keenam ini akan dapat menghadirkan dialog yang produktif dan memperkuat usaha bersama dalam menghadirkan kedamaian di negara masing-masing dan perdamaian dunia.

Sebab, dalam forum ini ada pemuka agama, pembuat kebijakan, pakar, politikus, serta aktivis dari berbagai belahan dunia.

“Saya berharap kegigihan WPF ini dalam mempromosikan perdamaian di dunia dapat menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang untuk memperjuangkan perdamaian, untuk melawan intoleransi, melawan provokasi kekerasan untuk bisa mengatakan bahwa kami tidak takut terhadap ancaman dan aksi teror. Untuk memiliki keberanian dan secara lantang mengatakan kami ingin perdamaian, bukan kekerasan,” papar Jokowi.

Artikel ini ditulis oleh: