Jakarta, Aktual.com — Rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ikut menandatangani kerja sama pasar bebas dengan Uni Eropa dalam Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan kemungkinan dengan Asia Pacific dalam Trans Pasific Partnership (TPP) diklaim pemerintah akan menguntungkan produsen dalam negeri.
Untuk itu, emiten produsen tekstil dan garmen seperti PT Pan Brothers Tbk (PBRX), sangat berharap dengan banyaknya ditandatanganinya perjanjian free trade agreement (FTA) dapat menggenjot kinerja perusahaannya.
“Tentu saja kami sangat berharap dengan adanya FTA ini. Karena pasar kami besar di luar negeri. Seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Kalau CEPA dan TPP jadi mestinya bagus buat kami,” tutur Wakil Direktur Utama PBRX, Anne Patricia Sutanto, di Jakarta, Rabu (11/5).
Dia mengakui, mayoritas produknya memang dilempar ke pasar ekspor. Dengan porsi terbesar memang untuk pasar Asia mencapai 50 persen. Sedang sisanya ke Amerika Serikat dan Uni Eropa.
“Meski perekonomian global sedang ada perlambatan, tapi pasar kami tidak terpengaruh karena pasar kami lebih mengandalkan captive market,” terang Anne.
Dengan kondisi seperti itu, perseroan tetap bisa berharap ada peningkatan ekpor ke beberapa negara potensial seperti AS, Uni Eropa, dan Jepang. “Makanya kami harapkan ekspor kita tahun ini akan meningkat15 persen,” ujar dia.
Apalagi kapasitas produksi perseroan di tahun ini mencapai 90 juta pieces. “Kapasitas kita meningkat dari tahun lalu yang 75 juta pieces,” imbuhnya.
Selain itu, dalam rangka menggenjot pasar ekspor, pihaknya juga tengah berencana untuk membangun pabrik di Vietnam. “Potensi pasar di Vietnam sangat bagus. Apalagi Vietnam banyak kerja sama dalam FTA. Itu akan menguntungkan. Tapi sejauh ini masih dalam pengkajian,” ujarnya.
Ketika dikonfirmasi dengan adanya FTA dengan Uni Eropa itu apakah tidak takut kalah bersiang, Anne menepisnya. Justru untuk brand-brand terkenal dari Uni Eropa produksinya juga dari negara-negara di Asia, seperti Indonesia.
“Jadi kami yakin daya saing kami di FTA ini. Apalagi selain mengandalkan captive market juga kami produksi high tech dan sesuai pesanan pasar,” ujar dia.
Banyak kalangan memproyeksikan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di 2016 ini masih akan sedikit lesu. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor TPT Indonesia sangat bergantung pada ekonomi global, terutama AS dan Eropa sebagai pasar terbesar.
Porsi ekspor TPT ke Amerika Serikat dan Eropa masing-masing 31 persen dan 16 persen. Pada 2015, nilai ekspor TPT turun 5,3 persen (yoy) dari US$ 12,68 miliar menjadi US$ 12 miliar. Hingga Oktober 2015 ekspor sektor ini baru menembus US$ 10,2 miliar atau 77 persen dari target. Namun ekspor produk TPT Indonesia ke seluruh pasar dunia per Oktober 2015 turun 13 persen.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan